Isu lingkungan dilihat dari kacamata ekonomi bisnis sebenarnya sudah menjadi perhatian dunia sejak 1988. Hal tersebut berpengaruh pada keseimbangan bumi dan berdampak pada pemanasan global. Jika kondisi ini terus dibiarkan, kerusakan lingkungan akan terus terjadi.
Namun, tidak perlu dikhawatirkan! Kini sudah banyak Usaha Kecil Menengah yang mulai menerapkan sistem ramah lingkungan sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan alam. Bisnis dikatakan sebagai bisnis yang ramah lingkungan ketika dalam menjalankan proses bisnis tersebut memiliki dampak yang positif dan manfaat yang besar bagi lingkungan.
Penasaran dengan brand lokal yang ramah lingkungan di Indonesia? Siapa saja mereka?
- Bukan Plastik
Foto : Jateng Today
Brand lokal asal Semarang ini menghadirkan produk sedotan dan kantong belanja yang ramah lingkungan. Bisnis ini dirintis oleh Aisa Purti Wibowo sejak 2020 ini yang menyadari betapa pentingnya manusia untuk melestarikan lingkungan. Ia mengajak masyarakat dan para pelaku usaha untuk mengurangi plastik sekali pakai.
Produk kantong dari Bukan Plastik terbuat dari material saripati ketela sehingga lebih cepat terurai, yakni hanya sekitar enam bulan. Sementara itu, untuk pengganti sedotan, Bukan Plastik menggunakan material bambu dengan proses pembuatan secara manual.
- Giriwangi

Foto : Giriwangi
Giriwangi yang berdiri sejak 1999, memproduksi berbagai macam minyak esensial. Brand lokal ini terus berinovai tanpa meninggalkan prosuk unggulannya yaitu minyak esensial. Inovasi tersebut dilakukan dengan membuat berbagai produk turunan minyak esensial seperti sabun, aroma terapi, dan sampo.
- Pavettia Skincare

Foto : Story.id
Brand skincare yang satu ini didirikan oleh Erika Simangunsong dengan memanfaatkan limbah industri. Skincare tersebut memanfaatkan biji pepaya gunung (carica) untuk membuka aneka produk kecantikan.
Selama ini biji carica hanya terbuang percuma setelah buahnya digunakan untuk produksi oleh-oleh khas Dieng, Jawa Tengah. Biji carica tersebut dikeringkan lebih dulu kemudian dibuat menjadi minyak dan diolah untuk menjadi produk skincare seperti lip color dan cleanding oil.
- Namu
Foto : Kompas.com
Limbah kayu hasil sisa industri kebanyakan menjadi sampah yang mencemari lingkungan. Namun, banyak para pengusaha milenial yang melihat ini adalah sebuah peluang bisnis baru. Seperti yang dilakukan Ery Seprizal yang mendirikan usaha Namu. Usaha ini mengkreasikan limbah kayu sebagai barang yang memiliki nilai ekonomis. Produk Namu ini memanfaatkan sisa industri tersebut sebagai bahan baku utama.
- Perca Ayu

Foto : Republika
Siapa sangka, kain perca kini menjadi limbah yang cukup banyak dijumpai. Tetapi tidak perlu khawatir, jika kain perca tersebut jatuh ke tangan terampil seperti Perca Ayu. Mereka berhasil mengolah kain perca menjadi barang yang berharga dan bernilai ekonomis.
Perca Ayu telah membuat ribuan produk dari kain perca seperti keset, tas, bros, tempat pensil, dan taplak meja. Kehadiran produk tersebut diharapkan dapat mengurangi limbah kain sehingga menjadi produk yang lebih bermanfaat. (MA)
Sumber : ukmindonesia.id