Kemeriahan dan keceriaan Kemah Adaptasi Bencana (IDA Camp) #5 Pangandaran, akhirnya usai, Kamis (4/4/24). Para peserta tampak haru saat harus meninggalkan Masjid Besar Al-Istiqomah dan Lapangan Grand Pangandaran yang dijadikan bumi Perkemahan IDA Camp Pangandaran.
Sekitar 1000 orang Marbot dan Santri Adaptasi Bencana, tampak berbaris rapi membawa panji-panji organisasi dan kibaran Merah Putih. Mereka sebelumnya melaksanakan Kirab dengan rute Masjid Besar menuju Grand Pangandaran.
FOTO : IDA CAMP
Menurut Ketua Organizing Comittee IDA Camp #5 Pangandaran Rizky Hidayat, sebagaimana disampaikan kepada wartawan Sabtu (6/4/24), acara Kirab ini mengikatkan sakralitas pada keseluruhan acara IDA Camp, bahkan yang sudah dilaksanakan sejak sebelum-sebelumnya.
“IDA Camp #5 dibuka dengan dibacakannya Ikrar Kebangsaan oleh Sekjen JATMAN Pusat, Dr. K.H. Mashudi, M.Ag., yang lalu diulang kembali pada acara penutupan IDA Camp #5 oleh seluruh peserta IDA Camp. Pembacaan ikrar ini berlangsung sangat khidmat, sebab sebelumnya, para marbot dan santri ini baru saja mengelilingi jalan ujung tol Pangandaran, sambil membacakan sholawat Tibil Qulb, mendoakan ‘kesembuhan’ bagi Kab. Pangandaran khususnya, dan Jawa Barat serta keseluruhan Bhumi Nuswantara pada umumnya.” Ungkap Rizky.
Rizky juga menjelaskan, bahwa sebelum pembacaan Ikrar Kebangsaan, para peserta menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan membacakan teks Pancasila terlebih dahulu.
“Pembacaan Text Pancasila kali ini sedikit unik karena dipimpin oleh anak-anak dari generasi Nuswantara Alpha, yaitu oleh Dzar Khalid (11 Tahun), dan Ammar Ibrahim (8 tahun), sementara Ikrar Kebangsaan dibacakan oleh Saena Sabrina dari siagabencana.com.” Ungkapnya.
Selain Kirab, acara penutupan IDA Camp Pangandaran juga diisi dengan acara ruwatan bumi dan penampilan rajah oleh Masyarakat Adat Galuh – Pangandaran.
Menurut Rizky, heroisme dan pengorbanan yang dilakukan oleh Masyarakat Adat ini juga jelas berkontribusi tinggi terhadap khidmatnya pelaksanaan IDA Camp. Para peserta yang sudah rela berpanas-panasan dan berkeringat setelah berjalan jauh, disuguhi dengan pemaparan tentang makna Sesajen dan kesenian Rajah. Menurut Abah Ali, Kasepuhan Masyarakat Adat Galuh, Sajen bermakna ‘Sesakeun Jang Nu Sejen’, merupakan cara para ulama terdahulu, untuk memberikan pesan tentang Islam dan kehidupan, diantaranya pesan untuk berbagi, pesan untuk menikmati hidup baik itu manis maupun pahitnya, memelihara alam, dan juga membagikan kasih sayang dengan saling mengharumkan.
“Masyarakat Adat ini, untuk bisa menghadirkan suguhan nilai-nilai kerelawanan kepada para peserta, rela tersesat naik turun gunung, mengalami ban bocor dua kali dan kehabisan bensin di tengah hutan, malam sebelum penutupan IDA Camp #5 Pangandaran.” Tutur Rizky.
“Pada IDA Camp ini, Masyarakat Adat dan Masyarakat Pesantren, yang diantaranya diwakili oleh IPNU, Fatayat serta elemen Pondok Pesantren lainnya, bahu membahu berlomba-lomba memberikan yang terbaik untuk mendoakan Pangandaran.” Ujar Rizky.
“Fatayat Kab. Pangandaran membagikan ratusan paket ta’jil di acara penutupan IDA Camp. IPNU Kab. Pangandaran malah tidak mau kalah, mereka telah bergerak dari hari pertama Ramadhan, siang dan malam, untuk mensukseskan jalannya IDA Camp #5 Pangandaran.” Pungkasnya.