Untuk sebagian orang, gempabumi adalah sesuatu hal yang sangat mengerikan dan hal yang tabu. Tetapi, selain ancaman gempabumi yang diakibatkan oleh lempeng megathrust, masyarakat juga perlu nih waspada sumber gempa sesar aktif. Sebab sesar aktif ini bersumber di daratan dan berdekatan dengan kawasan tempat tinggal masyarakat.
“Ditinjau dari frekuensi kejadian gempa merusak, maka sesar aktif lebih sering terjadi dan menimbulkan kerusakan serta korban jiwa dibandingkan megathrust yang sebenarnya lebih jarang terjadi,” ucap Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono yang dilansir dari Kompas.com.
Dalam buku Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) tahun 2017, disebutkan kalau sumber gempa dari segmen megathrust hanya berjumlah 16 segmen (bagian). Sementara jumlah dari segmen sesar aktif yang dimiliki oleh Indonesia itu lebih dari 295 sesar aktif. Wow banyak ya!
Misalnya saja gempa besar yang terjadi di Yogyakarta 2006, Pidie Jaya 2016, Lombok dan Palu 2018. Ini terbukti menimbulkan kerusakan yang amat dahsyat. Gempa ini disebabkan oleh sumber gempa sesar aktif dan bukan dari sumber gempa megathrust, Disasterizen.
Baca juga : KETIKA MASYARAKAT BERTANYA TENTANG GEMPA
Perbedaan Gempa Megathrust dan Sesar Aktif
Jika kalian bertanya perbedaan dari keduanya apa, Daryono pun menjawab kalau keduanya sama-sama menyebabkan terjadinya gempa yang kuat. Hanya saja, ada beberapa perbedaan, yaitu gempa megathrust bisa terjadinya gempa hingga mencapai magnitudo 8-9. Sedangkan, gempa sesar aktif ini rata-rata gempa dengan magnitudo 7,5. Selain itu, sumber gempa megathrust ini terletak di laut. Sedangkan kalau sumber gempa sesar aktif ini banyak terletak di daratan, dekat perkotaan bahkan bisa dekat dengan tempat tinggal kita!
Kerusakan dari Gempa
Untuk tingkat kerusakan yang ditimbulkan dari gempa ini, bukan hanya tergantung pada magnitudonya saja. Kerusakan juga bisa dari jarak pusat gempa dan kondisi geologi lokalnya. Nah, fenomena ini dikenal sebagai local site effect. Pada fenomena local site effect ini, saat terjadi gempa akan mengalami getaran hingga dapat memperbesar guncangan gempa. Kalau dilihat dari tingginya risiko ancaman ini, dapat dipersempit dengan berbagai usaha pengurangan risiko bencana Disasterizen.
Pengurangan Risiko Bencana
Dalam pengurangan risiko bencana ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah melakukan penataan ruang pantai yang aman tsunami, selain itu juga bisa memastikan semua masyarakat pesisir memahami konsep evakuasi mandiri dengan menjadikan gempa kuat di pantai sebagai peringatan dini tsunami.
“Selain itu masyarakat harus memahami bagaiaman cara selamat saat terjadi gempa bumi dan tsunami,” imbuh dia.
Daryono mengimbau kepada masyarakat agar lebih sadar terhadap lingkungan sekitar, dan jangan menjadikan sesar aktif sebagai sumber gempa yang terlupakan dan terabaikan. “Ancaman sumber gempa sesar aktif ternyata tidak kalah membahayakan jika dibandingkan dengan gempa megathrust,” katanya lagi. (MA)
Sumber : Kompas.com