Video berisikan suasana evakuasi mandiri dengan skenario bencana gempabumi di sebuah pesantren, viral di media sosial. Video tersebut beredar melalui sosial media WhatsApp dan beberapa sosial media lainnya, khususnya di lingkungan para pegiat kebencanaan di wilayah Jawa Barat.Â
Video yang juga menampilkan suasana evakuasi korban dalam kondisi darurat ini, nampak menghadirkan suasana bencana yang sangat realistis, lengkap dengan jeritan korban dan ceceran darah, yang membuat orang-orang yang menonton, menyangka bahwa tayangan dalam video tersebut adalah bencana alam betulan.
VIDEO : IDA CAMP
“Saat ini sedang viral di kalangan para relawan dan pegiat kebencanaan, kirain bencana beneran” tutur Dodo, salah seorang relawan yang mengikuti giat simulasi bencana alam tersebut.
Rekaman tersebut ternyata menampilkan suasana simulasi bencana alam gempa bumi, yang merupakan bagian dari rangkaian giat Kemah Adaptasi Bencana (IDA Camp) #4, yang mengusung tema Pesantren Adaptasi Bencana, dan diselenggarakan di Sumedang, Rabu s.d Jum’at (24 s.d 26/1/24).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jawa Barat, Bambang Imanudin, yang hadir mewakili Kalak BPBD dan PJ Gubernur Jawa Barat, untuk membuka secara resmi kegiatan tersebut, menyampaikan apresiasi dari BPBD Jawa Barat untuk IDA Camp, yang telah diselenggarakan bersama dengan BPBD Jawa Barat, untuk keempat kalinya.

“Pak PJ Gubernur dan Pak Kalak menyampaikan permohonan maaf karena tidak dapat menghadiri secara langsung, namun kami tetap diutus mewakili beliau-beliau, karena kegiatan IDA Camp ini penting, dan selalu kami tunggu-tunggu kehadirannya, agar masyarakat dapat mempersiapkan diri untuk lebih adaptif dalam menghadapi bencana alam,” ungkapnya pada sesi sambutan pembukaan.
Selain Bambang, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana juga mengirimkan utusan, yaitu Direktorat Mitigasi Bencana, untuk memberikan materi dasar perlindungan dan penyelamatan diri pada situasi gempa bumi.

“Aspek-aspek keselamatan mulai dari standard bangunan, sampai kesiapan mental para santri saat terjadi bencana, sangat penting untuk diperhatikan. Pintu kelas yang membuka ke dalam mungkin seperti tidak akan memperngaruhi keselamatan siswa pada saat terjadi bencana, tapi dalam kondisi panik, siapapun akan berusaha mendorong pintu saat ingin keluar ruangan, dan pintu yang membuka ke dalam tentu tidak akan terbuka ketika didorong keluar, dan ini membahayakan” tutur Radito Pramono Susilo, Penata Penanggulangan Bencana Ahli Madya, Direktorat Mitigasi Bencana BNPB, saat memberikan materi kepada para peserta.
Selain itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Republik Indonesia (BMKG RI), juga mengirimkan utusan dari BMKG Jawa Barat, untuk menyampaikan laporan terbaru penelitian sesar-sesar di Sumedang, yang menyebabkan munculnya ancaman bencana alam gempa bumi, serta bencana-bencana alam turunannya, di Kab. Sumedang.
“Di Kabupaten Sumedang ini, terdapat banyak sekali sesar aktif, sehingga adaptasi masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana gempa bumi, sangatlah perlu ditingkatkan, dan acara-acara seperti IDA Camp ini, sangat perlu diapresiasi dan kalau perlu didorong, agar pengetahuan dan keahlian dalam menghadapi ancaman bencana, dimiliki oleh lebih banyak lagi masyarakat di luar sana,” tutur Bayu dari BMKG Provinsi Jawa Barat, saat menyampaikan laporan penelitian BMKG terkini kepada para pejabat dan tokoh masyarakat yang hadir di acara tersebut.
Selain pejabat dan tokoh penting dalam 5 pilar pentahelix tingkat Nasional, Regional maupun Lokal, pada acara tersebut, juga nampak anak-anak muda dan generasi alpha yang turut memberikan sumbangsih mensosialisasikan pengetahuan kebencanaan ke elemen masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Sumedang.
“Selain simulasi dan uji coba fungsi satgas kebencanaan pondok pesantren se-Kabupaten Sumedang, pada IDA Camp #4 kali ini juga diisi dengan pelatihan dan simulasi menghadapi bencana alam gempa bumi untuk anak-anak Paud bersama dengan orang tua dan gurunya. Giat ini ditampilkan dengan bantuan Ibu-ibu polwan, orang tua siswa, dan juga komunitas badut yang menyampaikan materi secara menyenangkan untuk anak-anak kecil. Kami dari Nuswantara Alpha, yang lahir setelah tahun 2010an, juga berusaha memberikan yang terbaik agar Bangsa Indonesia dapat semakin adaptif dengan segala ancaman bencana yang ada di sekelilingnya,” tutur Khansa Khadijah, salah seorang panitia giat IDA Camp #4 yang baru berusia 13 tahun.
“Dari kegiatan ini, diharapkan muncul kesadaran dan gerakan yang lebih massif, untuk menjadikan pondok-pondok pesantren se-Kab Sumedang dan juga Jawa Barat, bahkan seluruh Indonesia, untuk mempersiapkan anak-anak didiknya agar selamat jika seandainya sampai terjadi bencana. Kakak-kakak kami di Indonesia Disaster Adaptive (IDA), yaitu gerakan Adaptasi Bencana Indonesia, insya Allah siap mengawal terwujudnya Satuan Pendidikan dan Pondok Pesantren yang aman dari Bencana,” tutup Khansa.