Sesar lembang yang juga disebut sebagai “ular Panjang” adalah patahan aktif di Jawa Barat yang mengitari tepi utara Kota Bandung. Ular panjang ini membentang sejauh 29 km dari Padalarang di Bandung Barat sampai Cilengkarang di Bandung Timur. Sesar Lembang berbahaya karena bisa memicu terjadinya gempabumi.
Area Bandung juga terbukti memiliki lapisan sedimen yang cukup tebal. Jenis tanah berupa endapan ini memperbesar efek getaran gempa bumi. Sebagian besar kota Bandung diperkirakan akan mengalami percepatan puncak sekitar 0,21-0,25 g atau setara dengan MMI VI-VII dengan gempa bumi 6,8 SR.
Zola Saputra, U-Inspire dan mahasiswa teknik geodesi dan geomatika dalam webinar yang bertajuk ‘Pemuda Bicara Bencana Kerugian’ pada Jumat (30/10) mengatakan, kerugian dari kerusakan bangunan di Kota Bandung akibat gempa Sesar Lembang dengan skenario maksimal (M6+) memberikan estimasi kerugian besar, kurang lebih 4 triliun rupiah. Dengan estimasi nilai bangunan di Kota Bandung dapat mencapai 314,7 triliun rupiah, estimasi kerugian sebesar 4 triliun rupiah.
Potensi likufaksi di daerah cekungan Bandung juga sangat bervariasi. Namun selain kedalaman muka air tanah potensi likufaksi juga dipengaruhi oleh jenis dan kepadatan lapisan tanah. Tingkat potensi likufaksi akan berkurang pada lapisan yang didominasi oleh lempung.
Maka dari itu, perlu adanya upaya mitigasi bencana yang harus dilakukan, khususnya pada anak-anak. Hal ini dikarenakan anak-anak adalah kelompok rentan. Salah satu upaya mitigasi bencana kepada anak adalah dengan School Watching.
Priyangga Dyatmika selaku Research and Development Pahlawan Bencana menjelaskan, School Watching merupakan materi dimana anak-anak mengidentifikasi hal-hal dalam sekolah yang dapat membahayakan atau yang menimbulkan bencana. Agar anak dapat mengenal, peka dan mengetahui respon yang harus dilakukan.
School Watching dapat berupa menyediakan tas siaga. Tas siaga merupakan tas yang berisi kebutuhan dasar yang diperlukan saat menghadapi bencana. Kebutuhan yang dibawa minimal dipakai untuk bertahan hidup selama 3 hari yaitu setelah bencana datang dan sebelum bantuan datang. Tas siaga juga harus diambil dan dibawa jika bencana datang.
Tas siaga yang dipakai juga berupa tas tahan air. Tas tahan air digunakan untuk menyimpan seluruh list barang. Apabila tidak ada tas tahan air, dapat melapisi barang dengan kantong plastik agar barang yang disimpan tetap kering dan terjaga. Aset berharga yang perlu dijaga seperti dokumen penting yang dilaminasi dan disimpan dalam map tahan air.
Dapat disimpulkan, bencana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, perlu melakukan upaya mitigasi, terutama pada kelompok rentan. Yuk lakukan! Salam siaga!