Pulau Dewata kental dengan budaya dan adat istiadatnya. Jadi tidak heran kalau masyarakatnya memiliki kepercayaan tentang proses terjadinya gempabumi dalam tradisi lokal, contohnya Bedawangnala. Bedawang digambarkan seekor kura-kura raksasa menopang Pulau Bali di atas punggungnya. Jadi, apabila sang kura-kura bergerak, maka akan terjadi gempabumi di Pulau Bali yang ditopangnya.
Untuk mencegah agar sang kura-kura raksasa tidak bergerak secara leluasa, ditugaskanlah Naga Basuki serta Naga Anantabhoga untuk membelit erat sang kura-kura. Kedua naga kosmik ini ditugaskan selalu mengawasi dan mencegah setiap pergerakan sang kura-kura penyangga pulau.
Dalam kosmologi Hindu, Naga Basuki dan Naga Anantabhoga merupakan dua naga utama yang digambarkan hidup di alam bawah pada tingkatan sapta patala. Kedua naga ini memiliki tempat tinggal yang berdekatan dengan tempat Vadavamukha berada.
Lalu, Zamidra dalam bukunya yang berjudul ‘Makhluk Mitologi Sedunia’, jika Bedawangnala menggeliat dan memicu erupsi gunung berapi, Anantabhoga juga ikut bergerak. Inilah yang dipercaya menyebabkan gempa bumi. Apabila pergerakan Bedawangnala semakin aktif, giliran Basuki yang terusik dan turut bergerak pula. Maka, terjadilah gelombang air dari laut atau yang kemudian dikenal sebagai tsunami.
Baca juga : CARA SIAP SIAGA DESA YANG TERKEPUNG TSUNAMI
Simbol
I Nyoman Widya Paramadhyaksa dalam jurnalnya yang berjudul ‘MAKNA FILOSOFIS KEBERADAAN ORNAMEN BEDAWANG NALA DI DASAR BANGUNAN MERU’ Kura-kura berapi Bedawangnala dinyatakan sebagai simbol magma diperut bumi yang aktivitas vulkanisnya dapat memicu terjadinya gempa bumi dan tsunami. Magma ini dibungkus oleh elemen tanah dan air yang ada di permukaan bumi.
Gambaran alam inilah yang kemudian disimbolkan sebagai ornamen Kura-kura Bedawangnala (simbol elemen magma) yang dibelit erat Naga Anantabhoga (simbol elemen tanah) dan Naga Basuki (simbol elemen air). Konsepsi ornament bedawangnala sebagai simbol magma penyebab fenomena alam gempa bumi ini sangat relevan dengan kondisi Pulau Bali, sebagai sebuah pulau dalam gugus kepulauan Indonesia yang cukup rawan mengalami gempa bumi dan peristiwa vulkanis lainnya. (MA)
Sumber : Jurnal I Nyoman Widya Paramadhyaksa & Tirto