Sobat Disasterizen, bahaya tsunami dan gempabumi di Indonesia pada tahun 2004 silam telah meningkatkan kesadaran akan pengaruh budaya dan sejarah tsunami, lho! Kejadian tsunami di Banda Aceh memang sangat tidak terduga. Kehancuran yang ditimbulkan dapat merubah segala-galanya. Bahkan dibelahan dunia ini, ada beberapa yang mengubah budaya dan sejarah akibat tsunami. Yuk, simak!
Storegga – 8150 Sebelum Masehi
Tsunami yang terjadi akibat longsor Storegga di laut Norwegia, yang menghancurkan sebuah jembatan di pulau Doggerland. Jembatan ini yang menghubungkan Inggris Raya dengan Denmark dan Belanda, telah memutuskan orang-orang di pulau Doggerland dari Eropa. Serta akibat tsunami itulah budaya Mesolitik berkembang secara mandiri dari Eropa.
Polynesia – 1450
Sebelum dilanda gelombang tsunami, suku Maori merupakan masyarakat Zaman Batu yang canggih, kata James Goff, pakar Geologi tsunami di University of New South Wales, Australia. Setelah tsunami menyerang wilayah mereka, suku Maori menjadi lebih fokus melindungi sumber daya mereka.
Lisbon – 1755
Masyarakat Portugis yang selamat dari gempabumi pada 1 November 1755 silam malah tewas disapu tsunami. Hal ini disebabkan masyarakat Portugis menyelamatkan diri dari gempabumi dengan berlari ke pelabuhan. Namun, sayangnya pilihan itu salah, tsunami setinggi 15 meter itu malah membawa mereka. Serta, kehancuran akibat tsunami ini mempengaruhi filsuf Barat mulai dari Kant hingga Voltaire. Peristiwa bencana gempa dan tsunami itu jadi latar novel Voltaire yang berjudul “Candide.”
Banda Aceh- 2004
Gempabumi di Samudra Hindia pada 26 Desember di tahun 2004 lalu, memicu serangkaian tsunami yang menewaskan sekitar 230.000 orang, menjadikannya tsunami paling mematikan dalam sejarah. Ukurannya mengejutkan dunia, dan menjadi fokus baru untuk memahami risiko tsunami di masa depan. Berkat ini, para ilmuwan mulai menghubungkan perubahan budaya di masyarakat Samudra Hindia dan Pasifik dengan tsunami.
Tohoku – 2011
Pada 11 Maret 2011 silam, gempa berkekuatan 9,0 SK menghasilkan tsunami setinggi 33 kaki (10 meter) di sepanjang pantai timur laut Jepang. Gelombang itu menyebabkan kehancuran yang meluas dan memicu kehancuran nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Akibatnya, partai yang berkuasa di Jepang telah berjanji untuk menghapuskan tenaga nuklir pada tahun 2030. Hal inilah menjadi sebuah tantangan bagi pulau Tohoku, yang harus menemukan tanah untuk membangun tempat-tempat produksi tenaga baru. (MA)
Sumber : Livescience.com