Sabtu (07/10/23), acara Demo Day dan Simposium IDEAKSI yang digagas oleh YAKKUM Emergency Unit (YEU) dan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) telah dilaksanakan di Hall D Psikologi UGM. Acara tersebut menjadi ajang promosi dan kolaborasi penanggulangan bencana di Indonesia.
Acara tersebut dihadiri lebih dari 150 partisipan, termasuk dari organisasi masyarakat sipil, pelaku usaha, perwakilan media, dan pemerintah daerah, termasuk dinas-dinas terkait. Selain itu, terdapat pula lebih dari 50 partisipan daring dari seluruh Indonesia.
FOTO : YEU
Ada 15 kelompok masyarakat dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang terpilih menjadi inovator program IDEAKSI 2.0. Pada kesempatan acara tersebut, mereka melakukan pitching inovasi yang mereka kembangkan. Melalui dukungan YEU dalam kemitraan untuk inovasi yang Berbasis Kepemimpinan Masyarakat (Community-Led Innovation Partnership), para innovator IDEAKSI 2.0 menerapkan ide solusi mereka untuk permasalahan yang dirasakan di wilayahnya terkait risiko bencana dan iklim.
FOTO : YEU
Sebelumnya, di IDEAKSI 1.0, sembilan inovator telah berhasil menunjukkan inisiatif dan kepemimpinan masyarakat untuk meningkatkan ketangguhan terhadap bencana. Para inovator IDEAKSI 1.0 pun turut hadir menyimak inovasi dari rekan-rekan mereka yang baru.
Tiga menit adalah waktu yang diberikan untuk setiap perwakilan inovator IDEAKSI 2.0 dalam memberikan paparan tentang tantangan ancaman bencana yang mereka hadapi, solusi yang mereka tawarkan, prototipe, dan rencana mereka ke depan kepada audiens yang terdiri dari masyarakat umum, akademisi, maupun praktisi dalam penanggulangan bencana. Pitching tersebut dilakukan secara tematik sesuai kesamaan isu atau tantangan yang dihadapi di antara 15 kelompok, yakni…
Pendidikan Aman Bencana yang Inovatif
- Pusat Pemberdayaan Disabilitas Mitra Sejahtera (PPDMS) Gunung Kidul
- Teater Inklusi Yogyakarta
- Unit Wisata Kebon Tirtohargo (Bonhargo), Kretek, Bantul
Ketangguhan Kelompok Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dan Adaptasi Perubahan Iklim di DIY
- Petani Milenial Purwosari, Gunung Kidul
- Kalurahan Siaga Sehat Jiwa (Self-Help Group/SHG) Luhur Jiwo, Sidoluhur, Sleman
- Kelompok Wanita Tani (KWT) Wanita Karya, Jurug, Gunung Kidul
- Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Watugajah, Gunung Kidul
Aksi Antisipasi Masyarakat dalam Menghadapi Ancaman Hidrometeorologis
- Karang Taruna Prima Gadung, Semin, Gunung Kidul
- Lumbung Pangan Artha Mandiri GKJ Kemadang, Gunung Kidul
- Kelompok Swabantu (Self-Help Group/SHG) Unggul Jiwa, Temon, Kulon Progo
Produk Inovasi dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
- Forum PRB Murtigading, Bantul
- Bank Sampah Gempita
- Kelompok Tani Ngudi Makmur, Bolang, Gunung Kidul
- Kampung Siaga Bencana (KSB) Merapi Rescue, Umbulharjo, Sleman
- Pita Merah Jogja
Setelah inovator bergantian memaparkan inovasi mereka, moderator pada tiap sesi memandu para penanggap memberikan respons. Mereka berasal dari berbagai unsur yang terlibat dalam penanggulangan bencana, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Dinas Lingkungan Hidup DIY, Pusat Studi Bencana UGM, Universitas Kristen Duta Wacana, dan PLAN Indonesia.
Acara ini menjadi wadah berjejaring dan berkolaborasi pula karena para penanggap tidak hanya memberikan ulasan, tapi juga menawarkan dukungan lebih luas untuk inovasi yang dipaparkan. Sebagai contoh, penanggap dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di DIY, Bapak Sigit Hadi Prakosa, M.Si. yang mengapresiasi penggunaan Bambu Jawa oleh Karang Taruna Prima Gadung sebagai langkah tepat mengikat tanah. Ia juga menilai baik penghematan air melalui irigasi tetes yang ditawarkan Petani Milenial Purwosari. Tidak sampai di situ, ia juga menawarkan dukungan lebih lanjut untuk inovasi Bambu Jawa Jahit Bumi yang diperlukan untuk antisipasi longsor.
“BMKG melakukan mitigasi bencana dalam bentuk informasi. BMKG di Yogyakarta punya radar cuaca yang meliputi seluruh DIY. Kalau dari Karang Taruna selama ini belum menerima informasi dari kami, mulai sekarang bisa mengambil informasi hujan lebat atau cuaca ekstrem dari BMKG. BMKG juga punya program Sekolah Lapang Iklim. Barang kali teman-teman di Gunung Kidul yang notabene petani bisa masuk di program kami,” ucap Sigit kepada para petani milenial. (MA)