Terbang Tinggi Tetap Membumi Bersama Sky Volunteer

SIAGABENCANA.COM – Secara geografis, Indonesia berada di antara pertemuan tiga lempeng besar bumi, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Pergerakan ketiga lempeng tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan risiko bencana alam yang tinggi. 

Akan tetapi, dalam menghadapi risiko yang begitu besar, penanggulangan bencana alam di Indonesia belum mengoptimalkan sains dan teknologi. Salah satunya adalah pengoptimalan data spasial. 

Data spasial bisa memberikan banyak pemahaman akan kondisi suatu wilayah secara menyeluruh. Sehingga risiko dan ancaman bencana alam dapat dipetakan. Salah satu teknologi untuk mendapatkan data spasial tersebut adalah teknologi pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang lebih dikenal dengan istilah drone.

Salah satu kegiatan Puncak Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana yang dilaksanakan di Kalimantan Timur pada 12 Oktober 2022, Sky Volunteer (Synersia) dan U-Inspire Indonesia memperkenalkan teknologi drone melalui sebuah program yang bertajuk ‘Fly for Humanity” untuk penanganan bencana alam. 

Septian Firmansyah atau biasa dipanggil Kang Sep, Founder Sky Volunteer menjelaskan tujuan program tersebut, yakni mengurangi risiko bencana dengan penyediaan data spasial menggunakan UAV atau drone, mendukung proses respon bencana (tanggap darurat dan pemulihan) dengan penyediaan data spasial menggunakan UAV atau drone, melakukan advokasi kebijakan penanggulangan bencana alam dengan dukungan data spasial, mengumpulkan dan menyusun arsip kebencanaan dalam format audiovisual, dan memberikan pelatihan penggunaan UAV atau drone untuk kemanusiaan dan penanggulangan bencana. 

Sky Volunteer diinisiasi sejak tahun 2016 dengan membangun jaringan ke berbagai pihak terkait dan mulai melakukan kegiatan pada tahun 2017, tepatnya pada proses penanganan gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. 

Selain itu ada beberapa kegiatan lainnya yang dijabarkan, seperti kegiatan Aerial Risk Assessment di Mentawai, Sumatera Barat tahun 2017-2018 dan kegiatan Aerial Damage Assessment di Halmahera Selatan, Maluku Utara tahun 2019, serta kegiatan lainnya. 

Kang Sep juga menjabarkan secara lengkap solusi yang ditawarkan Sky Volunteer, seperti dimulai dari proses pengumpulan data foto/video, data hasil wawancara, data mentah dampak bencana, data proses penanganan bencana. Yang mana data tersebut kemudian diolah menjadi peta risiko dan daerah terdampak, peta kerusakan, arsip tertulis, dan arsip audiovisual. Setelah itu, terdapat analisis data berdasarkan peta dan model yang telah diproses dan proses visualisasi data agar lebih menarik lagi. 

Kemudian, proses penyampaian data kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat, serta proses penyampaian rekomendasi atas kebijakan-kebijakan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk menindaklanjuti hasil analisis data dan informasi yang disajikan. 

Sky Volunteer bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana pada data spasial.  (MA)