Sudah Siapkah Kita Menghadapi Bencana Alam dan Non Alam

Sudah banyak para ilmuwan yang mengatakan kalau bencana yang pernah terjadi di masa lalu, bisa terjadi kembali di masa mendatang. Misalnya saja tsunami yang terjadi di selatan Jawa pada masa purba, hal ini berulang kembali pada 2006 lalu. Bukan hanya tsunami, gempabumi, letusan gunung api, pandemi dan berbagai macam bencana lainnya terjadi berulang.

Sejak Indonesia berdiri, status bencana nasional pernah dinyatakan oleh tiga rezim pemerintahan yang berbeda. Pertama, pada kejadian tsunami di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur tahun 1992 oleh Presiden Suharto. Kedua, gempabumi dan tsunami Aceh-Nias tahun 2004 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sekarang, wabah virus corona pun juga dinyatakan sebagai bencana nasional oleh Presiden Indonesia Joko Widodo, pada 13 April 2020.

Nah, kira-kira apa ya perbedaan dari penanganan bencana tsunami dengan wabah virus corona ini? Meski jenis bencana dari keduanya berbeda, apakah selama ini kita sudah siap dengan adanya bencana yang datang tak terduga?

Bencana Alam Vs Bencana Non Alama

Tsunami yang sering terjadi dengan wabah virus corona saat ini disebabkan oleh fenomena yang berbeda memang, alam dan non alam. Namun keduanya menyebabkan korban jiwa, kerugian ekonomi, dan lingkungan yang sulit ditanggulangi sendiri oleh pemerintah daerah tempat bencana terjadi.

Tak jarang ilmuwan yang telah mengkaji kedua jenis ancaman bencana ini. Namun, pengetahuan tersebut tidak disertai pengembangan pengetahuan tentang risiko yang timbul, sistem peringatan dini, dan penguatan kelembagaan sebelum bencana terjadi. Kebanyakan yang digunakan adalah merespon kejadian, bukan mengurangi risiko bencana. 

Salah satu contohnya adalah tsunami Aceh 2004, masyarakat di Aceh dan Nias tidak membayangkan peristiwa sedahsyat tsunami itu bisa terjadi dan tidak cukup waktu bagi mereka menyiapkan dan menyelamatkan diri. Warga di Pulau Simeulue beruntung masih menyimpan memori warisan dari nenek moyang, sehingga mereka berhasil menyelamatkan diri dengan pengetahuan lokal ‘smong’.

Baca juga : LEGENDA SMONG YANG MENYELAMATKAN SIMEULUE

Untuk kasus virus corona sendiri, meskipun ada sejumlah pengetahuan lokal terkait pandemi Flu Spanyol pada tahun 1918-1919. Akan tetapi, secara umum masyarakat Indonesia seolah lupa akan sejarawan tersebut, cenderung tidak siap, dan membuat seolah-olah virus corona adalah sebuah konspirasi.

Pada kasus virus corona (Covid-19), banyak ilmuwan dan praktisi telah mengingatkan kemungkinan masuknya virus SARS-CoV-2. Tapi justru peringatan ini diabaikan oleh Kementerian Kesehatan. Peran sains saat ini tidak jauh berbeda dibanding pasca bencana tsunami 2004, meskipun jumlah ilmuwan terkait kebencanaan semakin bertambah.

Tidak ada sistem peringatan dini pada tsunami 2004 maupun pada virus corona yang dapat membantu masyarakat untuk mengenali risiko dan bertindak sesuai dengan anjuran serta kebijakan pemerintah. Instruksi serta arahan dari Pemerintah terkait virus corona juga tumpang tindih dan tidak konsisten. Sehingga masyarakat pun tidak memahami ada di level situasi seperti apa saat ini.

Meski proses penanganan yang dilakukan Pemerintah yang masih tertatih, ada sejumlah kemajuan yang dicapai dalam 16 tahun terakhir yang berkontribusi pada penanganan bencana nasional. Misalnya saja, Indonesia kini telah memiliki Undang-Undang (UU) tentang penanggulangan bencana, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat nasional dan juga di provinsi, serta kota/kabupaten.

Kini, Pemerintah telah membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan virus corona. Gugus tugas ini diketuai oleh kepala BNPB dan juga dibentuk di tingkat daerah dengan unsur Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Kesehatan dan lembaga terkait lainnya. Peran lembaga non pemerintah juga menguat.

Tidak hanya itu, teknologi komunikasi dan informasi, termasuk media sosial, mempermudah penyebaran informasi kepada publik. Dengan kemajuan teknologi dan sosial media, gerakan sosial kini bergulir lebih cepat mengisi ruang-ruang kosong yang tidak diisi oleh pemerintah.

Dalam 16 tahun terakhir, sudah banyak perkembangan lain yang mematangkan ketangguhan Indonesia dalam menghadapi ancaman bencana. Namun kita masih harus lebih siap menghadapi tantangan yang lebih besar, misalnya pandemi saat ini.

Mari bergotong-royong melawan virus corona, agar semua bisa pulih secepatnya! Semoga lekas pulih bumi! (MA)

Sumber : The Conversation Indonesia