Disasterizen, SiagaBencana.com ingin berbagi kisah nih tentang sobat tuli yang menjadi relawan bencana Palu pada 2018 lalu. Relawan ini bernama Rafika! Rafika meskipun memiliki keterbatasan dalam mendengar (tuli), tapi ia sangat bersemangat untuk membantu teman-teman korban gempabumi dan tsunami di Palu-Donggala pada 28 September 2018 lalu.
Rafika telah tergabung dalam anggota CBM Indonesia, Humanitarian Response, Ageing dan Disability Focal Point (ADFP) sebagai Fasilitator Lapangan. Ia bertugas mengumpulkan data lansia dan penyandang disabilitas, Sobat Disasterizen.
Rifai Diamaludin, ayah dari Rafika senang melihat anak perempuannya mengikuti kegiatan ADFP tersebut. Ia juga mengatakan bahwa setelah Rafika mengikuti kegiatan di ADFP, Rafika terlihat lebih percaya diri. Rafika pun mengaku kalau ia tidak malu dan berani untuk berbicara dengan masyarakat. Kepercayaan diri ini ia dapatkan setelah dirinya mendapatkan pelatihan pengurangan risiko bencana. Pelatihan tersebut mempelajari caranya berkomunikasi dan pengetahuan terkait bencana.
Penyandang disabilitas bukan hanya menunggu bantuan dari pemerintah saja, tapi mereka berperan aktif dan berpatisipasi dalam pengurangan risiko bencana. Contoh lainnya adalah Yuyun yang telah mendirikan lembaga keterampilan menjahit untuk membuka lapangan kerja bagi penyandang disabilitas di Kediri, Jawa Timur. Wanita ini juga berperan aktif lho dalam mengurangi risiko bencana.
Berbagai pelatihan ia ikuti dan selenggarakan. Yuyun ini menjadi fasilitator PRB Inklusif tentang disabilitas dengan Walikota Kediri dan Bupati Kediri tahun 2017. Pada tahun 2016, ia ikut latihan PRB Inklusif di Yogyakarta. Di tahun yang sama, ia ikut pelatihan manajemen PRB Inklusif di Sulawesi Utara.
Baca juga : SAATNYA MENGGANTI SIKAT GIGI RAMAH LINGKUNGAN
Aplikasi Humanitarian Hands on Tool (HHoT)
Untuk menolong penyandang disabilitas saat bencana terjadi, ada aplikasi yang membantu mereka bernama Humanitarian Hands on Tool (HHoT). Aplikasi ini ramah terhadap penyandang disabilitas. Bukan hanya itu saja, ini pun juga ramah terhadap kelompok yang rentan lainnya, seperti lansia. Aplikasi ini sebagai pedoman singkat dan sederhana dari program tanggap darurat bencana. Aplikasi ini memiliki fitur mencari pelayanan kesehatan di lokasi bencana. Jadi, apabila tidak ada internet di lokasi bencana, akses internet dapat diunduh secara offline. (MA)
Sumber : Liputan6.com