school watching SMAN 57 Jakarta

School Watching : Cara Seru Mengenal Risiko Bencana di Lingkungan Sekolah

SIAGABENCANA.COM – Efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana pada Satuan Pendidikan (SP) salah satunya dapat diukur melalui kegiatan pengkajian risiko bencana partisipatif berbasis sekolah. Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda. Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas di area sekolah dapat dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.

Salah satu cara meningkatkan kesiapsiagaan bencana di tingkat Satuan Pendidikan, SMAN 57 Jakarta menggandeng BNPB, BPBD DKI Jakarta dan Universitas Negeri Jakarta mengadakan kegiatan pelatihan penanggulangan bencana pada 18-20 Oktober 2023. Selama tiga hari peserta mendapatkan sosialisasi penanggulangan bencana, lokakarya pengkajian risiko bencana partisipatif dan simulasi kesiapsiagaan bencana dalam rangka penerapan Satuan Pendidikan Aman Bencana di SMA Negeri 57 Jakarta.

Primasari, Kepala Sekolah SMAN 57 Jakarta memberikan pesan dan arahan kepada seluruh peserta untuk tetap semangat, serius bekerja dengan baik dalam mengikuti kegiatan school watching, Kamis (19/10)).

“Kegiatan hari ke dua ini dalam bentuk lokakarya pengkajian risiko bencana partisipatif berbasis sekolah memiliki banyak manfaat ke depannya untuk seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitar sekolah”, jelas Primasari. 

Tasril Mulyadi, fasilitator BNPB yang juga sebagai mahasiswa Pendidikan Geografi UNJ saat ini melakukan penelitian terkait dengan Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif Berbasis Sekolah Menggunakan Metode School Watching. 

School Watching merupakan metode untuk mengidentifikasi apa saja ancaman, kerentanan dan kapasitas di sekitar lingkungan sekolah dengan cara melakukan pengamatan baik didalam maupun diluar sekolah yang dilakukan oleh warga sekolah dengan menggunakan bantuan daftar periksa dan denah sekolah”, jelas Tasril.

Ia menambahkan hasil dari pengamatan school watching tersebut selanjutnya digunakan untuk kegiatan pengkajian risiko bencana partisipatif berbasis sekolah dengan menganalisis permasalahan yang ditemukan dan menemukan solusi dari setiap permasalahan yang muncul terkait dengan penanggulangan bencana di sekolah.

FOTO : SiagaBencana.com

Kegiatan dilanjutkan dengan pembentukan kelompok peserta siswa-siswi dan guru untuk mengamati lingkungan sekolah untuk melihat apa saja  kapasitas dan kerentanan dengan didampingi oleh tim fasilitator. 

Dalam kegiatan School Watching ada yang memimpin seluruh proses kegiatan yang disebut sebagai koordinator pelaksana, kemudian koordinator pelaksana akan membagi kelompok kecil berdasarkan area pengamatan sesuai dengan denah sekolah (jika sudah ada) atau berdasarkan lantai bangunan. Kelompok dalam school watching dibentuk berdasarkan fungsinya, antara lain: ketua kelompok, juru foto (pendokumentasian), pengamat, pencatat, dan penjaga waktu (time keeper). 

FOTO : SiagaBencana.com

Semua tim sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, berkeliling lingkungan sekolah untuk mengamati prasarana dan sarana sekolah yang menjadi kapasitas dan kerentanan. Misalkan apakah terdapat jalur evakuasi, titik kumpul, tabung pemadam api dan lain sebagainya. Hal tersebut nantinya akan dipresentasikan untuk menjelaskan hasil pengamatan setiap kelompok. 

Secara keseluruhan metode School Watching yang dilakukan di SMAN 57 Jakarta dapat dengan mudah dilakukan dan harapan kedepannya bisa menjadi contoh untuk diterapkan oleh sekolah lainnya untuk  mengenal risiko bencana di sekolah.

FOTO : SiagaBencana.com

Kegiatan ini dilakukan bersama tim fasilitator antara lain, Saena Sabrina (U-Inspire Indonesia), Azizah (Yayasan Adaptasi Bencana Indonesia), Kurnia Hakim (YKRI), Aan Anugrah (Jaga Balai), Risky Hidayat (SiagaBencana.com), Dwi Yulianto, dan anggota TRC BPBD DKI Jakarta. (MA)

Editor : Tasril Mulyadi