babad lombok

Sang Pendongeng ‘Babad Lombok’

Seni memang paling ampuh untuk menggambarkan sesuatu yang terjadi pada diri kita atau lingkungan. Bahkan karya-karya hebat seperti Shakespeare pun juga terinspirasi dari semasa hidupnya. Selain itu, kisah Frankenstein juga terinspirasi akibat amukan amarah dari letusan Gunung Tambora pada tahun 1815.

Baca juga : MENGERIKAN, DIBALIK LAGU SERAT SRINATA

Di Indonesia sendiri pun juga banyak seni yang telah menggambarkan kejadian alam, misalkan saja Babad Lombok. Bait dari Babad Lombok ini menggambarkan kengerian amarah letusan Gunung Samalas di sekitaran Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Seperti ini baitnya!

Gunung Rinjani Longsor, dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, menghancurkan Desa Pamatan, rumah-rumah rubuh dan hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati.

Tujuh hari lamanya, gempa dahsyat meruyak bumi, terdampar di Leneng (lenek), diseret oleh batu gunung yang hanyut, manusia berlari semua, sebahagian lagi naik ke bukit.

Bersembunyi di Jeringo, semua mengungsi sisa kerabat raja, berkumpul mereka di situ, ada yang mengungsi ke Samulia, Borok, Bandar, Pepumba, dan Pasalun, Serowok, Piling, dan Ranggi, Sembalun, Pajang, dan Sapit.

Di Nangan dan Palemoran, batu besar dan gelundungan tanah, duri, dan batu menyan, batu apung dan pasir, batu sedimen granit, dan batu cangku, jatuh di tengah daratan, mereka mengungsi ke Brang batun.

Ada ke Pundung, Buak, Bakang, Tana’ Bea, Lembuak, Bebidas, sebagian ada mengungsi, ke bumi Kembang, Kekrang, Pengadangan dan Puka hate-hate lungguh, sebagian ada yang sampai, datang ke Langko, Pejanggik.

Semua mengungsi dengan ratunya, berlindung mereka di situ, di Lombok tempatnya diam, genap tujuh hari gempa itu, lalu membangun desa, di tempatnya masing-masing. (Babad Lombok)

Selama bertahun-tahun, babad ini nyaris dilupakan dan mungkin dianggap sebagai dongeng belaka oleh sebagian orang. Tapi, penelitian dari sejumlah ahli gunung api memastikan bahwa letusan Gunung Samalas ini dalam bait Babad tersebut benar adanya.

Letusan dari Gunung Samalas ini berdampak global dan diduga menyebabkan kelaparan juga kematian missal di Eropa setahun setelah letusan. “Ditemukannya ribuan kerangka manusia di London yang dipastikan berasal dari tahun 1258 kemungkinan berkaitan erat dengan dampak global dari letusan Gunung Samalas pada tahun 1257,” seperti ditulis dalam jurnal PNAS edisi akhir September 2013 yang dilansir dari Kompas.com.

Disasterizen, jurnal ini adalah hasil dari penelitian 15 ahli gunung api dunia, dari Indonesia dan Eropa. Kalau dari Indonesia ada Indyo Pratomo, geolog dari Badan Geologi Bandung, Danang Sri Hadmoko dari Geografi Universitas Gadjah Mada dan  Surono, mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Sedangkan dari luar negeri yang terlibat meliputi 12 ahli dari berbagai kampus ternama di Eropa, di antaranya Frank Lavigne dari Université Panthéon-Sorbonne, Jean-Philippe Degeai dari Université Montpellier, Clive Oppenheimer dari University of Cambridge, Inggris, dan sejumlah ahli lainnya.

Kedahsyatan Gunung Samalas ini dengan skala 7 memang sangat sulit dibayangkan. Bayangkan saja letusan dari Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu dengan skala 4 sudah sangat merepotkan ya, Disasterizen!

Letusan Gunung Samalas memuntahkan 40 kilometer kubik material vulkanik dengan ketinggian kolom letusan 43 kilometer. Letusan sedahsyat itulah yang menyebabkan timbulnya hujan abu masif hampir di seluruh dunia dan memengaruhi iklim global.

Dua per tiga tubuh Gunung Samalas juga hancur! Gunung Samalas ini mempunyai kantung fluida (magma, gas, dan uap) yang sangat besar dan letusannya saat itu menimbulkan terbentuknya kawah raksasa Segara Anak.

Ternyata memang bukan cuma letusan Gunung Tambora dan Krakatau saja yang sangat berdampak bagi seluruh dunia. Gunung Samalas pun juga ikut serta dalam daftar keganasan amarah letusan gunung yang dahsyat.

Kalau dipikir-pikir kembali memang kearifan lokal yang ada di Indonesia sangat berkaitan dengan alam ya. Seperti cerita ‘Smong’, lagu ‘Serat Srinata’, dan ini sama seperti Babad Lombok ini.  

Sayangnya Babad Lombok ini masih banyak yang belum tahu Disasterizen! Padahal pada setiap bait dari Babad Lombok ini mengajarkan arti kesiapsiagaan dari bencana yang datang. Maka dari itu, jangan pernah kita melupakan dan harus tetap menjaga serta melestarikan budaya yang ada di Indonesia. Yuk segera lindungi alam dan kebudayaan kita! Jangan sampai kecolongan dari negara lain lagi! Ups! (MA)

Sumber : Kompas.com & Tirto.id