Sampai Kapan Hujan Menjadi Bencana

Bencana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peradaban manusia hingga saat ini, salah satunya adalah bencana hidrometeorologi. Apa itu bencana hidrometeorologi?

Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dampaknya dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim dengan berbagai parameternya. Bencana hidrometeorologi juga mempunyai berbagai jenis, seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, genangan, banjir bandang, angin kencang, pohon tumbang, dan cuaca ekstrem.

Saat Indonesia sudah memasuki musim hujan, maka tak jarang wilayah yang berpeluang terdampak bencana hidrometeorologi. Namun, apakah hujan akan terus menjadi penyebab terjadinya bencana untuk seluruh masyarakat Indonesia?

Kamis (18/3), SiagaBencana.com berkerjasama dengan U-Inspire Indonesia, BMKG, dan Forum Zakat (FOZ) Jawa Timur telah mengadakan talkshow secara daring yang bertemakan “Sampai Kapan Hujan terus Menjadi Bencana?”, dengan paparan dari Bapak Siswanto, M.Sc, Peneliti Cuaca dan Iklim BMKG.

Pak Sis, begitu kerap disapanya menjelaskan bahwa jika sebuah permukaan sudah gundul dan tidak ada yang membantu penyerapan air ke bawah permukaan, maka akan menjadi run off (air aliran permukaan).

Run off inilah yang juga menyebabkan terjadinya erosi permukaan dan menyebabkan sungai menjadi dangkal. Ketika sungai dangkal, maka kapasitas sungai tidak lagi mampu menampung volume air yang dihasilkan dari hujan, kemudian muncullah yang dinamakan banjir.

Pak Sis juga menambahkan, kalau seiring berjalannya waktu, data iklim menunjukkan bahwa curah hujan di Jakarta semakin ekstrem/tinggi, dikarenakan adanya perubahan iklim. Hal ini bersesuaian dengan kejadian banjir yang semakin sering terjadi di Jakarta dalam tiga dekade terakhir.

Dapat disimpulkan, ternyata banjir bukan hanya disebabkan curah hujan yang tinggi, tapi karena adanya faktor kapasitas permukaan, seperti drainase, eco hidrologi, sistem hidrolik, dan kebiasaan masyarakat. Semakin banyak masyarakat yang berdiam diri di bataran sungai, maka kemungkinan terjadi banjir akan meningkat. Berbanding terbalik jika masyarakat tidak tinggal di dekat sungai, meskipun sungai meluap, maka tidak dikatakan banjir.

Oleh sebab itu, perlu dibangun kesadaran masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana banjir. Misalnya saja seperti adanya penyimpanan air disekitar hulu (waduk, danau, kolam retensi), di daerah hilir juga ada sistem drainasinya memadai. Maka jika terjadi hujan lebat di perkotaan, tidak menyebabkan banjir.

Apakah di daerah rumahmu sudah melakukannya? Yuk, mulai dari sekarang! (MA)