Rumoh Krong Bade : Rumah Tradisional Aceh Berbasis Mitigasi Bencana

Saat ini mungkin rumah-rumah tradisional Indonesia sudah sangat jarang ditemui, tentunya selain di Taman Mini Indonesia Indah. Namun, rumah tradisional dari Aceh ini atau biasa disebut dengan Rumoh Krong Bade masih bisa Sobat Disasterizen temui dipedalaman dan sepanjang pantai utara dan timur Aceh. Salah satunya berada di wilayah Krueng Jangko.

Di Krueng Jangko masih ada puluhan Rumoh Aceh yang usianya sudah uzur (tua). Tidak ada Rumoh Krong Bade baru yang dibangun di sana. Beberapa masyarakat juga ada yang suka rela melestarikan Rumoh Krong Bade ini, seperti di Gampong Lubok Sukon, Aceh Besar.

Di sana ada puluhan Rumoh Krong Bade yang dilestarikan dan dirawat dengan baik dan dijadikan sebagai destinasi wisata. Rumoh Krong Bade memiliki segudang keunggulan, salah satunya adalah ramah bencana. Rumah adat Aceh ini juga didesain dengan penuh aspek kesehatan, lingkungan, sosial, dan filosofi keagamaan.

Baca juga : MAK KOLAK :SAKSI NYATA TSUNAMI ACEH 2004

Pada umumnya Rumoh Krong Bade merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50 – 3 meter, terdiri dari tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat.

Rumoh Krong Bade bentuknya persegi dengan 16 hingga 44 tiang penyangga, tergantung besar kecilnya ukuran rumah. Tiang ini berdiri jarang-jarang sehingga kala banjir datang arusnya tak terhalang. Letaknya yang tinggi dari tanah bisa melindungi penghuninya dari arus banjir. Begitu pula dengan gempa, Rumoh Krong Bade tergolong aman.

Salah satu buktinya ketika gempa 9,2 skala richter melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Rumoh Krong Bade luput dari kerusakan atau roboh. Selain itu, letaknya yang tinggi, menjadi tempat berlindung dari binatang buas yang dulu sering masuk kampung di malam hari.

Pintu masuknya rendah, sehingga siapa saja yang masuk harus menunduk simbol penghormatan. Rata-rata Rumoh Krong Bade berdiri menghadap kiblat, menyirat nilai islami dan keimanan penghuninya.

Lalu, menurut Widosari (2010), dalam Local Wisdom – Jurnal Ilmiah Online mengatakan mempertahankan kearifan lokal Rumoh Aceh dalam dinamika pasca gempa & tsunami, kunci kekokohan dan keelastisan ini adalah pada hubungan antar struktur utama yang saling mengunci, hanya dengan pasak dan bajoe, tanpa paku serta membentuk kotak tiga dimensional yang utuh.

Keelastisan ini menyebabkan struktur bangunan tidak mudah patah, namun hanya terombang-ambing kanan kiri saat gempa, kemudian tegak atau bangunan terangkat ke atas, yang selanjutnya jatuh kembali ke tempat semula. Jika bangunan bergeser pun hanya beberapa sentimeter saja dan dalam keadaan utuh. (MA)

Sumber : Buku Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana