Banyak peristiwa yang telah terekam sejak zaman dahulu hingga sampai saat ini tentang gempabumi dan tsunami di Maluku. Salah satunya adalah kejadian gempabumi dan tsunami di Ambon pada 8 Oktober 1950.
Gempa Ambon tahun 1950 silam, terjadi pada hari Minggu, pukul 03.23.13 (UTC) atau pada 12.23.13 waktu setempat. Lokasi gempa di kordinat 4,199 LS dan 128.233 BT pada kedalaman 20 Km dengan magnitude 7,3.
Beberapa saksi hidup telah menceritakan keadaan pasca gempa dan tsunami yang terjadi pada 8 Oktober 1950. Sebagian besar menceritakan ketika 3 kali gempa dengan guncangan disertai 3 kali suara gemuruh dan kemudian 3 gelombang tsunami, merusak perumahan warga di 3 desa di Ambon. Desa yang terdampak yaitu Hutumuri, Hative Kecil dan Galala.
Menurut kesaksian warga, saat gelombang pertama datang, kemudian diikuti gelombang kedua dengan kekuatan gempa yang sedikit lebih besar dan gelombang ketiga terbesar dari dua gelombang sebelumnya. Sebab keadaan kebijakan Ambon pada saat itu (terkait efek konflik TNI dan RMS), warga lebih menetap di pegunungan dibanding di pesisir atau daratan.
Warga beraktivitas sebagai petani dan pedagang di daratan/pesisir yang dilakukan pada siang hari. Pada waktu kejadian (hari minggu) warga yang sedang beraktivitas di gereja langsung keluar menyaksikan air naik turun dan kemudian lari ke gunung. Sebagian berlindung di atas pohon-pohon.
Baca juga : MENOLAK LUPA GEMPA YOGYAKARTA
Tidak sampai di situ saja, Sob! Selain gempabumi dan tsunami di tahun 1950. Ada catatan sejarah gempa berdasarkan kekuatan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) yang pernah terjadi di Maluku, antara lain;
- 28 Maret 1830 (VII-VIII MMI)
- 1 November 1835 (VII-IX MMI)
- 16 Desember 1841 (VII-VIII MMI)
- 26 November 1852 (VIII-IX MMI)
- 27 Februari, 4 Juni, 9 November 1858 (VI MMI)
- 15 September 1862 (VI MMI)
- 28 Mei 1876 (VII MMI)
- 23 November 1890 (VII MMI)
- 17 Januari 1898 (VII MMI)
- 14 Februari 1903 (V MMI)
Melihat dari sejarah yang sudah dilalui, Bung Karno pernah berkata “. . . Jangan sekali-sekali melupakan sejarah.” Hal ini bertujuan untuk menjadikan sejarah bencana sebagai bahan pembelajaran kepada masyarakat Indonesia, khususnya untuk masyarakat Maluku yang tinggal di negeri rawan gempabumi dan tsunami.
Masyarakat harus belajar dan mempersiapkan segala sesuatu bentuk dalam hal pengurangan risiko bencana, serta penyadaran masyarakat akan pentingnya membangun bangunan tahan gempa yang perlu terus dilakukan untuk mengurangi kerusakan yang berpotensi fatal. Gempa tidak membunuh, tetapi bangunan tembok dan strukturnya lemah yang roboh karena getaran saat terjadi gempa itulah yang menyebabkan korban luka dan meninggal. (MA)
Sumber : BNPB