Kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berbeda dengan tahun sebelum-sebelumnya. Sebab, peringatan bulan PRB kali ini di tengah pandemi COVID-19. Akan tetapi, penyelenggaraannya tetap berjalan dengan baik. Kegiatan tersebut juga menjadi sangat penting, sebab menjadi upaya berbagai pembelajaran dalam membangun ketangguhan yang harus disandingkan dan diselaraskan dengan upaya pencegahan COVID-19.
Dalam pidato pada puncak acara Peringatan Bulan PRB 2020 yang dihelat di Ruang Serbaguna Sutopo Purwo Nugroho, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa (13/10), Kepala BNPB, Doni Monardo mengatakan bahwa terselenggaranya kegiatan tersebut juga menjadi sebuah gerakan dalam perubahan menuju pembangunan yang lebih baik, berbasis pengurangan risiko bencana.
“Ini semua menunjukan bahwa, pengurangan risiko bencana di Indonesia telah menjadi sebuah gerakan dalam rangka merubah secara mendasar praktik-praktik pembangunan yang potensial menimbulkan bencana baru, mengubah pola-pola pembangunan yang merusak lingkungan dan mengancam keberlanjutan pembangunan, ke arah pembangunan yang peka risiko bencana, dimana analisis risiko menjadi dasar pembangunan di Indonesia,” kata Doni Monardo.
Selain sebagai Kepala BNPB, Doni Monardo juga memikul tanggung jawab sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19. Ia mengajak seluruh penggiat PRB agar dapat bersinergi bersama-sama mengurangi tingkat risiko di setiap daerah. Menurut Doni, risiko ancaman COVID-19 dapat meningkat apabila pemegang peranan penting di daerah lalai dan abai.
“Banyaknya daerah dengan risiko sedang jangan sampai membuat kita lalai sehingga daerah tersebut menjadi risiko tinggi. Upaya yang harus kita lakukan untuk membuat daerah dengan risiko tinggi dan sedang menjadi rendah sedangkan daerah yang tidak ada COVID-19 tetap terjaga,” jelas Doni.
Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi adanya lonjakan kasus dan meningkatnya risiko di tiap-tiap daerah, maka diperlukan upaya-upaya pencegahan dengan tiga hal, yakni Iman, Aman dan Imun. Tiga hal tersebut harus dilakukan, dan dalam hal ini masyarakat harus menjadi ujung tombak dalam rangka pencegahan penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, sedangkan tim medis adalah garda terakhir.
“Pencegahan dengan 3 hal utama menghindari Covid 19 yakni Iman, Aman, dan Imun. Iman dengan menjalankan ibadah sesuai agama; Aman dengan memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan; dan Imun dengan olahraga teratur, istirahat cukup, tidak panik, dan makanan bergizi,” jelas Doni.
Menghadapi Dampak La Nina
Sebagaimana berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan pada Oktober dan November 2020. Pada musim tersebut, tingkat ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang, tanah longsor, cuaca ekstrem, dan angin puting beliung pun meningkat. Hal itu juga ditambah dengan adanya fenomena La Nina, yang mana curah hujan diperkirakan akan naik dari 20-40 persen.
Melihat adanya faktor cuaca dan fenomena tersebut, Kepala BNPB mengajak segenap komponen pentahelix untuk melakukan upaya kesiapsiagaan dengan peningkatan kapasitas masyarakat. Dalam hal ini, penanggulangan bencana harus dilakukan secara bersama dan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja.
“Untuk mengantisipasi, perlu ada upaya nyata dalam rangka mengurangi dampak dari potensi ancaman bencana tersebut. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, perlu ada sinergi dan kerjasama dengan pendekatan kolaborasi pentahelix,” tegas Doni.
Adapun menurut Doni, upaya dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengadapi dampak La Nina adalah melalui identifikasi, koordinasi, rencana kontijensi, simulasi dan sosialisasi.
“Pertama identifikasi potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang ada. Kedua Laksanakan rapat koordinasi kesiapsiagaan, dalam rangka berbagi peran dan menyiapkan sumberdaya, Ketiga siapkan rencana kontinjensi dan laksanakan geladi dan simulasi dengan melibatkan seluruh stakeholder, dan Keempat sosialisasikan kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan dan apa yang harus dilakukan sehingga dapat selamat biula bencana terjadi,” jelas Doni.
Pada kesempatan yang sama, Doni juga mengajak para panggiat Peringatan Bulan PRB untuk memberikan apresiasi kepada Komisi VIII DPR RI dalam upaya penguatan kebijakan penanggulangan bencana di Indonesia yang diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2007. Keberadaan BNPB dan BPBD menjadi sangat penting dan harus menjadi bagian dari revisi UU penanggulangan bencana tersebut.
“Penguatan kelembagaan BNPB dan BPBD justru menjadi prioritas. Bencana adalah urusan kemanusiaan, multi sektor, multi dimensi, sehingga perlu suatu badan yang dapat melaksanakan fungsi koordinasi, komando dan pelaksana dengan baik,” kata Doni.
“Kita semua berharap, revisi UU Penanggulangan Bencana dapat menjadi solusi bagi upaya penanggulangan bencana di Indonesia pada masa mendatang. Saya berterimakasih atas dukungan dari semua pihak yang selalu mendukung dan bekerjasama dengan BNPB,” pungkas Doni.
Sebagai tambahan informasi, pelaksanaan Peringatan Bulan PRB 2020 pada hari-hari sebelumnya juga diisi dengan ragam rangkaian kegiatan bertemakan penguatan kapasitas dan mitigasi kebencanaan melalui media daring webinar dan tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Sumber : BNPB
Pada puncak acara Peringatan Bulan PRB, BNPB juga memberikan bentuk apresiasi kepada para pelopor pengurangan risiko bencana dari komponen pentahelix dan penyerahan penghargaan para pemenang lomba Tangguh Awards 2020.
Selamat untuk para pemenang! Salam siaga! (MA)