Rabu (7/4), Ngopi PB ke-6 memilih tema ‘Pengkajian Risiko dan Mitigasi Tsunami Samudera Hindia : Peran Strategis Indonesia’, yang mana sebelumnya bertema ‘Pendekatan PB Berbasis Komunitas : Antara Romantisme dan Kenyataan Lapangan’.
Ngopi PB kali ini menghadirkan narasumber dari Ketua IABI, yaitu Harkunti Pertiwi Rahayu. Selain itu, ada penangkap dari Nandha Julistia, MPBI dan Hanifah Syahroeddin, WAPSI, dengan host Kamelia Octaviani dari praktisi DRR. Bukan hanya itu, di Ngopi PB ke-6 ini juga menghadirkan Jeeten Kumar dari Predikt yang akan membahas Ketahanan Infrasktur Vital Terhadap Ancaman Angin Siklon.
Dalam kesempatan webinar tersebut, Harkunti menjelaskan bahwa tsunami yang terjadi di Samudra Hindia pada tahun 2004 lalu adalah sebagai sebuah panggilan untuk end to end early warning system di kawasan Samudra Hindia.
End to end early warning system tersebut mempunyai 4 komponen utama, yang dikenal dengan people center early, yakni :
- Risk Knowledge (komponen culture)
- Dissemination & Communication (komponen culture)
- Response Capability (komponen culture)
- Monitoring and Warning Service (komponen struktur)
“Sistem peringatan paling canggih tidak akan efektif, jika komunitas pesisir yang berisiko tidak tahu apa yang harus dilakukan”, kata Harkunti.
Akibat dari peristiwa tsunami 2004 lalu tersebut, juga menjadi landasan dibentuknya sebuah Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System, yang mana 28 negara bahu-membahu dan membuat komitmen untuk saling membantu dalam menangani tsunami di masa depan.
Baca juga : DIPERLUKAN KESERAGAMAN PENDEKATAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS
Sedangkan dalam perjalanan Indonesia sejak tsunami tahun 2004 hingga saat ini, konstribusi Indonesia sangat signifikan. Indonesia bukan hanya sebagai daerah yang rawan tsunami saja, melainkan menjadi laboratorium alam dan pusat pengembangan teknologi peringatan dini tsunami bagi negara-negara lainnya.
Di tahun 2011, Indonesia bersama dengan Australia dan India mendapat mandat sebagai tsunami service provider. Lalu, di tahun 2021 Indonesia memberikan bimbingan ke negara-negara lain untuk memberikan informasi secepat dan seakurat mungkin. Namun, masih ada yang perlu dibenahi untuk mitigasi bencana di Indonesia, yaitu membangun kesiapsiagaan masyarakat yang responsif.
Dapat disimpulkan, perlu adanya end to end early warning system sebagai jawaban dari pembangunan kapasitas terhadap kebijakan perencanaan, efisiensi perangkat, dan sistem informasi, agar lebih mudah dipahami, akurat sesuai porsi, dan cepat sampai ke masyarakat.
Nah, penasaran tidak Ngopi PB bakal bahas apa lagi Minggu depan? Yuk ikutan setiap Rabu malam pukul 19:00 – 20:30 WIB dan ikuti perkembangannya di Instagram @Yuksiagabencana @MPBI.Indonesia @pujionocentre @caribencana.id @predikt.id. (MA)