Penyebab di Balik Timbulnya Embun Es Dieng

Sudah tidak asing lagi jika dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah terjadi fenomena embun es (forest). Embun es yang terjadi kemarin bukanlah pertama kalinya menyelimuti daerah Dieng, hal ini dibuktikan dengan adanya catatan data AWS Candi Arjuna Dieng BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika).

Siswanto M.Sc, Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, mengatakan bahwa pada periode bulan Juli – September 2019 embun es sudah terjadi sebanyak 24 kali, dengan 6 hingga 11 hari/bulan. Embun es tersebut terjadi saat suhu berada di bawah 2°C antara pukul 04.00 – 05.00 dini hari dan cuaca cerah.

Lantas kenapa dan bagaimana embun es bisa terbentuk?

Dr. Indra Gustari, ST., M.Si., selaku Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG menjelaskan bahwa pada musim kemarau yang sudah mencapai puncaknya, maka wilayah di Indonesia bagian selatan akan merasakan suhu lebih dingin di malam hari terutama ketika langit cerah. Hal ini dikarenakan adanya angin monsun Australia (angin timuran) dan bertiup lebih kuat melewati lautan.

Namun jika dilihat secara geografisnya, Dieng memiliki ketinggian 2.093 mdpl, termasuk dataran yang berada di lereng pegunungan. Embun es biasanya terjadi pada daerah ngarai (valley) dataran tinggi, yaitu dataran yang cukup luas dan dikelilingi pegunungan. Maka secara meteorologis, suhu udara akan turun secara berangsur-angsur mengikuti ketinggian tempat dengan rata-rata laju penurunan suhu adiabatis (lapse rate adiabatic) sebesar 0.65 derajat Celsius tiap kenaikan 100 meter. Penurunan suhu yang secara sedikit demi sedikit tersebut akan terus berlangsung hingga udara mencapai ketinggian tropopause (10-14 km). Itulah yang menyebabkan dataran tinggi Dieng mengalami embun es.

Baca juga : MENGUAK JEJAK TSUNAMI PURBA ACEH

Pembentukan Dasar Embun Es

Siswanto, M.Sc., Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG dalam tulisannya yang dimuat dalam publikasi KLIMA (2019), ketiadaan hujan, angin yang tenang, dan kelembapan udara yang relatif rendah mendukung terbentuknya embun es.

Nah, peristiwa embun es di Dieng tersebut diklasifikasikan sebagai frost radiative yang disebabkan adanya proses pelepasan radiasi panas pada malam hari dan lebih intensif dari permukaan tanah. Inilah yang menyebabkan cepatnya pendinginan permukaan. Proses ini dikaitkan dengan pusaran tekanan udara tinggi pada malam hari, dengan angin yang tenang dan tanpa terjadinya awan (malam yang cerah).

Adanya pelepasan radiasi gelombang panjang dari permukaan bumi ke atmosfer menjadi faktor utama yang menyebabkan pendinginan suhu, sehingga pada malam hari terjadi kehilangan energi radiasi besar dan lebih cepat.

Tidak sampai di situ saja, Sob! Pembentukan embun es ini juga disebabkan oleh topografi cekungan yang dikelilingi beberapa punggung bukit atau gunung. Ada faktor lainnya yang turut mendukung terjadinya embun es, seperti tidak adanya tutupan awan juga bisa menyebabkan radiasi balik gelombang panjang pada malam hari semakin kuat, dan lebih banyak dilepas langsung ke atmosfer yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan permukaan tanah dan atmosfer bagian bawah lebih cepat mendingin, bahkan hingga di bawah titik beku 0 derajat Celsius, sehingga memungkinkan terbentuknya embun dan membeku. (MA)

Sumber : National Geographic Indonesia