Dikarenakan Indonesia adalah negara rawan akan bencana, terutama pada gempabumi. Hal inilah sebagai alarm kita untuk dapat bersahabat dengan bencana, serta mulai berperilaku sadar dan tanggap bencana.
Pada dasarnya sih gempabumi ini tidak perlu kita takuti dan bukan menjadi faktor pembunuh untuk kita semua lho. Karena buruknya bangunan yang tidak tahan akan goncangan gempabumi, dan juga kurangnya edukasi kepada masyarakat tentang kesiapsiagaan sebelum, saat dan sesudah bencana. Semua itulah yang menyebabkan semuanya fatal dan memakan banyak korban.
Korban yang terkena juga tidak pandang bulu, siapa saja bisa kena! Termasuk orang-orang yang berkebutuhan khusus, yang biasanya sering terabaikan saat terjadinya bencana. Maksudnya gimana tuh orang yang berkebutuhan khusus? Orang berkebutuhan khusus adalah orang-orang yang memiliki kesulitan dalam bergerak, mendengarkan, melihat, berkomunikasi, atau belajar.
Nah, anak-anak yang seperti ini lah yang wajib dikenalkan kepada kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana jika menimpa dirinya secara mandiri. Agar bisa menyelamatkan diri sendiri tanpa bantuan orang lain, karena pada umumnya anak berkebutuhan khusus sangat bergantung pada orang lain. Apalagi untuk anak penyandang tunanetra.
Lantas, dengan cara apa anak penyandang tunanetra dikenalkan kepada kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana?
Sisirbumi! Yap! Apa tuh Sisirbumi? Sisirbumi itu singkatan dari Simulasi Sirine Gempabumi. Dengan cara inilah, diharapkan anak berkebutuhan khusus terutama pada tunanetra bisa mudah menerapkan apabila bencana datang.
Sebelumnya anak-anak diberi tahu terlebih dahulu tentang bahaya yang ditimbulkan dari gempabumi dan cara penyelamatan diri jika terjadi gempabumi. Misalkan saja dengan mengenali bentuk meja dan fungsi dari meja untuk berlindung. Serta, bantu anak untuk orientasi medan (mengetahui letak lemari, pintu, dan segala macam benda diruangan tersebut), jangan lupa untuk beri tahu apabila ada perubahan tata letak.
Juga bisa dengan memperkenalkan rute evakuasi diri, beri landmark (huruf braille di setiap dinding ruangan yang dapat diraba anak dan pasanglah guide block untuk membantu mobilitas). Lalu mengaplikasikannya dengan simulasi sirine gempabumi. Cara ini bisa kamu terapkan pada sekolah atas bimbingan guru.
Dengan adanya Sisirbumi inilah, anak penyandang tunanetra bisa paham dan selalu siaga dalam menghadapi gempabumi, jika sewaktu-waktu terjadi pada dirinya. Yuk mulai! (MA)
Sumber : Jurnal Arindya Mardani & Buku Aha, Sekarang Aku Bisa!