peta deagregasi

Pentingnya Peta Deagregasi untuk Indonesia

Sebagian masyarakat Indonesia, khususnya yang berada di dunia kebencanaan mungkin sudah tidak asing lagi dengan “peta bahaya gempa Indonesia” atau disebut juga “Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). PSHA merupakan menghitung ancaman gempa, didasarkan pada kumpulan hasil dari semua kejadian gempa dan ground motion yang mungkin dapat terjadi di masa datang. 

Namun sayangnya, peta bahaya gempa Indonesia yang selama ini sudah ada masih memiliki beberapa kekurangan, sehingga dibutuhkan peta deagregasi dan sedikit pembeda dengan sebelumnya.

Rabu (15/02/23), Pujiono Centre, BNPB, MPBI, CARI, TDMRC dan PREDIKT mengadakan webinar yang diselenggarakan setiap Rabu malam tersebut mengangkat tema “Deagregasi Gempa di Indonesia”. Turut mengundang sebagai narasumber Dr. Ir. M. Asrurifak MT dari Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN), Henny Dwi Vidiarina dari MPBI dan Achmad Lukman dari FPRB DKI Jakarta sebagai penanggap. 

Selain itu, turut mengundang Dr. Yunita Idris dari TDMRC selaku narasumber di sesi Ignite Stage dengan membawa tema “Mengenali Perilaku Bangunan pada Saat Gempa (Model dan Simulasi). 

Pada kesempatan webinar tersebut, Asrurifak memaparkan bahwa analisis kemungkinan magnitude (kekuatan gempa) dan jarak dari site ke sumber gempa masih belum terlihat sangat jelas di dalam PSHA. Maka dapat disimpulkan informasi peta gempa Indonesia kurang lengkap, karena tidak adanya informasi magnitude dan jarak. Jika ditelisik lebih dalam, jika terdapat informasi magnitude dan jarak dalam PSHA, akan sangat menguntungkan.

Dokumentasi Ngopi PB, Rabu (15/02)

Lebih lanjut, Asrurifak menuturkan betapa perlunya peta deagregasi. Hal ini karena meningkatnya penggunaan Analisis Respons Riwayat Waktu dalam desain untuk analisis struktur/infrastruktur baru dan lama atau yang sudah ada untuk dipilih dan dimodifikasi dengan tepat hingga mendapatkan rangkaian GM yang sesuai. 

Peta Deagregasi yang menggambarkan nilai magnitude dan jarak di setiap lokasi di seluruh Indonesia untuk semua model sumber gempa dengan berbagai periode spectral dan periode ulang gempa. Data pada kedua nilai tersebut diperlukan untuk mencari data recorded GM yang mempunyai kemiripan magnitude dan jarak serta seismotektoniknya dari berbagai penyedia data GM diseluruh dunia. Kemudian, dimodifikasi dan selanjutnya bisa digunakan dalam Analisis Respons Riwayat Waktu untuk perencanaan dan evaluasi infrastruktur tahan gempa. 

Asrurifak menggaris bawahi perencanaan dan evaluasi tersebut memiliki arti bahwa kita bisa membuat desain bangunan yang baru atau kita mengevaluasi bangunan yang sudah ada. 

Secara keseluruhan, deagregasi serupa dengan membuka “kotak hitam” dari seismic hazard yang menyediakan visualisasi dan pengertian tentang pentingnya magnitude dan jarak yang spesifik. Peta deagregasi ini selanjutnya bisa digunakan sebagai informasi untuk pemilihan data ground motion yang sesuai dengan periode ulang dan periode getar truktur di lokasi yang ditinjau untuk seluruh wilayah Indonesia.

Tidak kalah menarik pada sesi Ignite Stage, Yunita memaparkan pengukuran tingkat kerusakan pada bangunan yang perlu diperhatikan. 

Dokumentasi Ngopi PB, Rabu (15/02)

Damage Stage pada Bangunan

Damage StateDescription
DS-0
No Damage
Tidak terlihat tanda kerusakan. 
DS-1
Slight Damage
Tidak ada kerusakan stuktur utama. Keusakan hanya pada bagian non stuktur, seperti lepasnya plasteran dinding, retak rambut yang kurang dari 1 mm, kaca pecah dan retak. 
DS-2
Moderate Damage
Tidak ada komponen struktur utama yang rusak. Retak lebih kurang 3 mm pada tiang dan balok. Atap yang rusak dan tombak layar 
DS-3
Extensive Damage
Retak pada dinding dan tiang, serta keruntuhan bangunan lebih dari 70%. Atap runtuh.
DS-4
Collapsed
Sudah runtuh total

Siapa sangka kalau tenyata magnitude dan jarak itu sangat diperlukan di dalam peta gempa Indonesia untuk evaluasi struktur bangunan. Selain itu, pentingnya mengetahui pengukuran tingkat kerusakan pada bangunan. Peran peta deagregasi ini penting untuk mencapai ketangguhan masyarakat Indonesia dalam menghadapi bencana gempa. 

Nah, seru bukan pembahasannya? Penasaran kan minggu depan akan bahas apa? Ikuti, kegiatan Ngopi PB dilaksanakan setiap Rabu malam jam 19.00 – 20.30 WIB. Silahkan mengakses Ngopi PB menggunakan link: 

Bagi yang ingin menonton kembali sesi Ngopi PB, silahkan mengakses di Facebook Pujiono Center (https://www.facebook.com/pucenjogja/live/) atau YouTube PREDIKT (http://bit.ly/YoutubePREDIKT)

(MA)