kaum marjinal di masa darurat

Pentingnya Mengikutsertakan Kaum Marjinal di Masa Darurat

Jakarta – Rabu (1/02/23), Ngopi PB yang dilakukan secara daring kembali digelar dengan tajuk “Gender, Disabilitas, dan Inklusifitas (GEDSI) di Masa Darurat”. Webinar tersebut turut mengundang narasumber Cucu Saidah, CBM Global Disability Inclusion – Disability Inclusion Advisor dan Haekal A. Haridhi, Ph.D, TDMRC Universitas Syiah Kuala. Selain itu, terdapat Wasingatu Zakiyah dari Pujiono Centre dan Dhinar Riski L.K dari YAKKUM Emergency Unit selaku penanggap.

Pada kesempatan tersebut, Cucu Saidah menyampaikan bahwa pentingnya GEDSI sebagai isu sentral dalam tanggap darurat bencana. Hal ini dikarenakan ketimpangan masih banyak terjadi, perempuan dan anak dengan disabilitas masih sering terlupakan.

Dokumentasi zoom webinar Ngopi PB pada Rabu, 02 Februari 2023.

Baca juga : MENYEBAR GERAKAN KESADARAN BENCANA LEWAT KEGIATAN PEMBEKALAN RELAWAN PENDIDIK MUDA

“Idealnya, kaum marjinal bukan hanya diundang sebagai peserta, penerima manfaat, atau hanya diundang untuk konsultasi. Tapi dilibatkan dalam lingkaran yang utuh dengan menghilangkan hambatan dan memastikan partisipasi yang ada dan setara,” kata Cucu.

Cucu menjabarkan lebih jauh bahwa ada beberapa prinsip pendekatan GEDSI, seperti inklusi tujuan utama dalam proses, analisis kekuasaan, keterwakilan dan partisipasi bermakna, do no harm (tidak membahayakan), interseksionalitas, pendekatan dan internalisasi dalam lembaga, dan aksesibilitas.

Sementara itu, Wasingatu Zakiyah menanggapi pengenalan situasi darurat di kondisi normal bagi komunitas penyandang disabilitas, perempuan, dan yang berkebutuhan khusus sangat penting. Relasi gender, kesenjangan, dan risiko bencana menjadi tidak terpisahkan dan perlu dipertimbangkan secara menyeluruh.

Ia lebih lanjut menuturkan, terdapat tiga lapis dalam prinsip GEDSI, yakni spesifik / khusus, pengarusutamaan gender, dan aksi afirmasi atau langkah khusus sementara. Dhinar Riski menambahkan, “Pendekatan GEDSI perlu dilakukan oleh semua aktor kebencanaan. Diperlukan edukasi dan integrasi ke pendidikan formal dan informal sedari dini di Indonesia. Selain itu, perlu juga meningkatkan kesempatan pengambilan keputusan oleh komunitas GEDSI agar dapat mengatasi tantangan kebencanaan secara nyata”. 

Pada sesi Ignite Stage yang dibawakan oleh Haekal A. Haridhi, beliau menuturkan pentingnya komunikasi bencana untuk mengatasi tantangan bencana, yang didorong melalui partisipasi profesional dan peneliti muda di kebencanaan. 

Pada kompetisi Young PRO DRR, Haekal menambahkan pemenang kompetisi tersebut menawarkan konsep terbaru dalam komunikasi bencana yang melibatkan komunitas GEDSI (terutama ibu dan anak) sebagai subjek utama dalam pengurangan risiko bencana. Hal ini disimpulkan sebagai suatu kemajuan karena masih banyaknya komponen pengurangan risiko bencana yang belum terdokumentasikan dengan baik. 

Sebagai kesimpulan dari kegiatan tersebut, Janine Febe (CARI!) sebagai rapporteur pada webinar Ngopi PB kali ini mengajak partisipasi peserta agar bersama-sama mempererat relasi gender, kesenjangan dan risiko bencana dengan mengedepankan partisipasi bermakna. Didukung dengan peningkatan keterlibatan dalam tahap yang sesuai dengan kapasitas, kekuatan, dan keinginan individu. 

Menarik bukan? Pengen tahu minggu depan akan bahas apa dan bagaimana? Ikuti kegiatan Ngopi PB dilaksanakan setiap Rabu malam jam 19.00 – 20.30 WIB dan daftar melalui  
Bagi yang ingin menonton kembali sesi Ngopi PB, silahkan mengakses di Facebook Pujiono Center 

(MA)