Jika melihat jauh ke belakang, sebenarnya Indonesia sudah sering mengalami yang namanya bencana, mulai dari bencana gempabumi, tsunami, banjir, hingga kebakaran hutan. Namun, nyatanya bencana tersebut masih menjadi masalah. Hal ini dikarenakan masih banyak yang menjadi korban akibat ancaman bencana tersebut. Dari peristiwa kejadian bencana tersebut, perlu dijadikan pembelajaran dan bahan evaluasi kedepannya untuk menghadapi ancaman bencana.
Jumat (6/11), dalam webinar yang bertajuk EQ-Talk #6 yang diselenggarakan oleh CEST-ITB, Eko Yulianto, peneliti LIPI mengatakan bahwa ada empat hal yang bisa dijadikan pelajaran dari setiap kejadian yang melanda Indonesia untuk penguatan sistem peringatan diri, yakni :
- Lead time Lead time tsunami di Indonesia sangatlah pendek, sebagian besar kurang lebih dari sepuluh menit.
- Mengindra tsunami & evakuasi mandiri. Dalam evakuasi mandiri, perlu dilengkapi dengan indra yang dimiliki oleh masyarakat.
- Tata ruang wilayah pantai
- Shelter komunitas
Selain itu, Harkunti P. Rahayu, Ketua IABI menambahkan bahwa kita bisa juga mengambil pelajaran dari kejadian bencana alam yang terdahulu, yaitu dengan perlu membangun tempat evakuasi sementara (TES) pada daerah yang rawan bencana, seperti daerah yang terdapat di bibir pantai.
Sebagai tambahan informasi bahwa ada beberapa tipe dalam tempat evakuasi sementara secara vertikal, yakni :
- Existing natural hill
- Artificial hill
- Existing building (check, check, and check)
- New designated building for TVES
- Single purpose TVES building
- Multipurpose TVES building
Tidak hanya membangun tempat evakuasi sementara, tapi juga perlu adanya membangun skenario gempa dan tsunami. Namun, dalam upaya pengurangan risiko bencana perlu berjalan secara pentahelix dan menjadi tugas bersama. Yuk lakukan bersama, demi mengurangi risiko dari kejadian bencana alam! (MA)