Tidak kaget lagi kalau sampah tiap hari makin menumpuk di seluruh belahan dunia. Apalagi sudah ada gunung sampah yang tingginya mencapai gedung Taj Mahal di India. Gila banget bukan?
Kira-kira sampah yang semakin menumpuk ini bisa tidak ya dijadikan pembangkit listrik? Hmm…
Baca juga : PLASTIK DARI KULIT MANGGA
Pembangkit listrik tenaga sampah ini sudah dibuktikan ternyata Disasterizen dengan PT. Mega Surya Eratama. General Manager Project PLTSa PT. Mega Surya Eratama, Eric Saputra mengatakan, pengolahan sampah plastik di pabriknya mampu menghasilkan energi listrik lho. Ada mesin Pyrolisis yang mampu mengolah 15 ton sampah plastik per hari. Jadi mereka menggunakan sampah plastik dari pabrik mereka untuk menghasilkan energi listrik.
Bukan cuma itu saja, pemerintah provinsi Jawa Timur optimis bisa menangani masalah sampah dengan mengubahnya menjadi sebuah energi listrik. Bahkan untuk sampah basah yang menghasilkan listrik sudah dimanfaatkan di Surabaya. Misalnya saja di Tempat Pembuangan Akhir [TPA] Benowo, Surabaya, sampahnya diubah menjadi listrik.
Sedangkan ITS Surabaya, pada 2012, telah mengujicobakan PLTSa melalui pembakaran sampah organik. Listriknya digunakan untuk penerang jalan sekitar kampus! Dosen Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Andrew Joewono mengatakan, penggunaan insenerator untuk mengurangi sampah dan diubah menjadi energi listrik, sangat mungkin dilakukan.
Tapi ada catatannya nih Disasterizen! Seperti yang dikatakan oleh Andrew, bila pakai insenerator, sampah plastik yang dijadikan listrik akan mengeluarkan karbon. Asapnya dan sampahnya jadi polusi. Lebih menguntungkan, bila sampah plastik diubah menjadi biji plastik atau lainnya.
Andrew menambahkan kalau mesin tersebut dapat dimodifikasi untuk mengurangi polusi yang ditimbulkan. Caranya dengan asap yang melekat di membrane diputar masuk ke air dengan harapan partikel yang keluar. Tapi, air harus difiltrasi lagi sebelum dilepas ke lingkungan. Maka dari itu pengerjaannya pun harus benar.
Ada lagi Disasterizen! Dosen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Anita Dewi Moelyaningrum, mengatakan, keberadaan PLTSa khususnya plastik memberikan dampak bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sebab nih, pembakaran dari plastik menghasilkan senyawa yang mengganggu kesehatan manusia, seperti batuk dan sesak nafas.
Masih banyak catatan nih ternyata Disasterizen, maka dari itu operator mesin harus terampil untuk mengurangi terjadinya kesalahan. Dari sisa pembakaran berupa bahan berbahaya dan beracun harus ditangani dengan baik. Penempatan alat pembangkit listrik tenaga sampah ini juga perlu diperhatikan dengan baik, agar tidak mengganggu masyarakat.
Kalau pembangkit listrik tenaga sampah ini sudah tersebar di seluruh Indonesia, bukan berarti kita bisa bebas menggunakan sampah seenaknya saja ya Disasterizen. Karena cara terbaik dari yang terbaik adalah dengan mengurangi sampah bahkan sampah plastik. (MA)
Sumber : Mongabay.com