Pantai Menganti Menyimpan Segudang Jejak Gunung Purba

Indonesia memiliki keunikan dan sejarah yang beragam di dalamnya, salah satunya adalah Pantai Menganti. Pantai Menganti yang terletak di Selatan Kebumen, Jawa Tengah ini ternyata memiliki jejak gunung api purba lho. Hal ini dibuktikan dengan adanya batuan lava basalt atau batuan hasil letusan gunung purba bawah laut yang terdapat di Pantai Menganti dan sekitarnya.

Batuan lava basalt ini terbentuk dekat dengan jalur subduksi atau dekat dengan batas penunjaman lempeng dengan komposisi silica dan potassium yang cukup rendah. Sedangkan struktur dari batuan tersebut adalah struktur kolom atau columnar joint yang berbentuk pilar, seolah-olah batu tersebut dibentuk oleh manusia, namun itu semua terbentuk secara alami.

Baca juga : MENGINGAT KEMBALI SEJARAH GEMPA DAN TSUNAMI BANDA NEIRA

Columnar joint terbentuk akibat adanya pendinginan magma akibat pembekuan lava yang mengalami pendinginan bertahap dari bagian permukaan ke bagian lebih dalam. Saat bagian tengah lava membeku namun bagian dalamnya tidak cukup dingin untuk membeku bersamaan, maka dari itu, akan terbentuk rekahan.

Bukan hanya itu saja, tapi ada juga fenomena batuan Paperite. Batuan Paperite ini adalah batuan beku yang terbentuk secara bersamaan dengan batuan sedimen. Hal ini terjadi akibat saat lava mengalir di permukaan sedimen yang belum tergabung, menjebak sedimen di celah fragmen batuan beku yang terbentuk saat lava mendingin.

Perlu kalian ketahui, batuan tersebut diduga sudah berumur oligosen-miosen atau sekitar 25-35 juta tahun yang lalu. Nah, kawasan tersebut ini merupakan cikal bakal permulaan dari aktivitas gunung api di selatan Jawa yang kemudian tertutup oleh batuan karbonat berupa batu gamping.

Saat ini Gunung Manganti sudah tidak aktif dan kini hanya menyisakan bagian keras tubuhnya yang hancur akibat erosi dan tektonik. Bagian hancur tersebut yang membuat menarik perhatian para geolog dari berbagai daerah di Indonesia.

Para geolog berbondong-bondong mendatangi lokasi gunung api purba itu untuk melakukan penelitian. Misalnya saja Fadlin, seorang geolog berusia 35 tahun yang juga anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) yang melakukan penelitian terhadap gunung api purba tersebut. (MA)

 Sumber : Kumparan.com