MUSEUM BAHARI JAKARTA LUNCURKAN PAMERAN TEMPORER “MANUSIA DAN BENCANA: MITOLOGI, MITIGASI, DAN MASA DEPAN”

Museum Bahari Jakarta yang merupakan museum di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta meluncurkan pameran temporer yang mengangkat tema “Manusia dan Bencana: Mitologi, Mitigasi, dan Masa Depan”. Pameran ini diresmikan pada hari Kamis, tanggal 25 Agustus 2022 oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana, didampingi Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta Mis’ari dan beberapa pimpinan instansi yang menjadi pendukung dalam kegiatan pameran ini.

Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, mengatakan pameran tentang kebencanaan ini sebagai pengingat kita sekaligus momentum introspeksi diri akan bencana di Indonesia. Agar terus waspada untuk bencana ke depan dan untuk selalu ingat atas bencana yang telah lalu. Pameran ini juga sangat terbuka akan kolaborasi. Hal ini sesuai dengan semangat DKI Jakarta untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak. Juga turut serta dalam menyemarakkan Kemerdekaan Indonesia yang ke – 77 tahun dengan semangat Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat

Iwan juga mengatakan harapan dari penyelenggaraan pameran ini agar memperkenalkan budaya leluhur dalam mengingatkan manusia untuk menjaga lingkungan dan peringatan akan datangnya bencana. “Juga menyebarluaskan informasi dan memperkaya pengetahuan pengunjung melalui koleksi tangible dan intangible yang berkaitan dengan budaya leluhur dalam mencegah dan menghadapi bencana,” ujar Iwan.

Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Mis’ari mengatakan pameran ini berbeda dengan pameran yang pernah ditampilkan sebelumnya karena pameran kali ini berupaya menyuguhkan seni instalasi kontemporer karya seorang seniman lintas media, produser, aktivis, dan pegiat literasi kebencanaan dari Kota Palu yaitu Rahmadiyah Tria Gayathri yang akrab dipanggil Ama. “Lewat karyanya, beliau mencoba merespon materi pameran yang disajikan bagi masyarakat sehingga dapat membantu menambah perspektif lainnya dalam memaknai pesan yang ingin disampaikan,” ujar Mis’Ari.

Tema yang diangkat pada pameran ini adalah bencana. Hal ini dikarenakan bencana di Indonesia merupakan hal yang dekat dengan negara kita, mengingat secara geologi Indonesia berada pada ring of fire. Dimana jalur gunung berapi membentang mengelilingi cekungan pasifik, jalur ini ditandai dengan deretan pegunungan berapi yang ada di Sumatera hingga Jawa dan Sulawesi. Selain itu, secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki luasan laut yang lebih besar dibanding daratan. Kondisi tersebut berada pada tiga pertemuan lempeng yaitu lempeng pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia. Jika terjadi pergerakan lempeng inilah yang memicu terjadinya gempa bumi, tsunami, dan juga aktivitas gunung api yang ada di Indonesia.

Upaya adaptif terhadap bencana telah lama menjadi hal yang diturunkan dari zaman dahulu oleh leluhur kita sebagai upaya awal mitigasi bencana dengan ragam ilmu folklor yang berwujud puisi, syair, lagu hingga dongeng pengantar tidur yang mengingatkan akan pentingnya menjaga lingkungan dan peringatan akan datangnya bencana. Hingga perkembangan teknologi yang membuat kita lebih mawas diri dengan alat-alat pendeteksi bencana yang canggih sebagai upaya kita bersama bertahan hidup di tanah air Indonesia. Pameran ini akan menghadirkan kisah-kisah tentang bencana-bencana maritim yang pernah terjadi serta bagaimana mitigasi bencana dilakukan oleh leluhur kita di nusantara melalui naskah-naskah, cerita-cerita yang hingga kini masih tersimpan dalam memori masyarakat Indonesia.

Perkembangan teknologi yang dibuat oleh anak bangsa melalui sistem deteksi dini bencana sebagai upaya mitigasi modern hingga refleksi berupa seni instalasi kontemporer menjadi alat untuk merespon bencana ekologis yang sering disebabkan oleh manusia hingga saat ini. Pameran akan diselenggarakan di Museum Bahari yang terletak di Jl. Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Sebagai institusi yang berada di hati masyarakat, peran Museum Bahari berkembang menjadi pusat kebudayaan, juga menemukan cara baru untuk menghargai koleksi, sejarah dan warisan. Menciptakan tradisi yang miliki makna baru untuk generasi mendatang. 

Pameran ini ditempatkan di Ruang Pameran Temporer yang terletak di lantai 1 Gedung A Museum Bahari dengan menghadirkan instalasi berupa panil-panil yang berisikan informasi mengenai timeline bencana maritim Indonesia, litografi lukisan Raden Saleh, kisah legenda Nyi Roro Kidul Laut Jawa, nama-nama tradisi sesajen/sedekah laut di pesisir Nusantara, puisi-puisi tsunami, dan beberapa instalasi yang menghadirkan koleksi keramik dari Kapal China Tek Sing serta instalasi lainnya mengenai mitigasi bencana maritim. Informasi yang disajikan dalam pameran ini merupakan materi yang didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Badan Geologi Kementerian ESDM, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta, IJACEA dan MISSAO serta UNESCO. Informasi-informasi yang disajikan diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat mengenai bencana-bencana maritim dan bagaimana cara penanggulangannya sehingga ke depannya dapat menjadi acuan untuk dapat mengurangi angka resiko dampak yang ditimbulkan dari bencana maritim.

Pameran Manusia dan Bencana: Mitologi, Mitigasi, dan Masa Depan ini dikuratori oleh Dr. Supratikno Rahardjo (Arkeolog Univ. Indonesia), Nindyo Budi Kumoro (Dosen Antropologi Univ. Brawijaya), Hilman Handoni (Museolog Univ. Indonesia) dan Burhanudin Aziz, M.Hum. (Peneliti Independen).

Pameran Manusia dan Bencana yang terlaksana pada tahun 2022 ini tentunya dapat dilaksanakan berkat dukungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, dan Digikara. Semoga ke depannya Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta akan selalu dapat menyajikan sarana informasi yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi dan mendukung kegiatan Pameran Manusia dan Bencana: Mitologi, Mitigasi, dan Masa Depan. Semoga segera bentuk kolaborasi dan dukungan yang telah terlaksana dapat selalu menjadi bagian dalam pelaksanaan misi mencerdaskan bangsa.