Kalau dilihat-lihat, perairan selatan Pulau Jawa (termasuk pantai Pangandaran) adalah daerah rawan gempa dan tsunami karena tempatnya berada di antara lempengan Indo-Australia yang memiliki potensi megathrust.
Namun nih Disasterizen, dari 14 alat pendeteksi dini atau early warning system (EWS) hanya dua yang masih berfungsi, lho. Area pantai di Kabupaten Pangandaran yang mencapai 91 kilometer, ada 30.000 penduduk yang bermukim di sepanjang pantai.
Baca juga : SANG PENDONGENG ‘BABAD LOMBOK’
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pangandaran, Nana Ruhena, ada dua alat EWS yang masih berfungsi, yaitu berlokasi di Plaza Telkom Jalan Kidang Pananjung dan di perumahan nelayan di Bojongsalawe Parigi. Sedangkan 12 EWS lainnya sedang dalam keadaan rusak. Sayang sekali ya Disasterizen!
Seperti yang dilansir dari Pikiran-rakyat.com, Nana mengatakan, “Satu EWS bisa menjangkau hingga dua kilometer”.
Ia melanjutkan, bahwa pihaknya sudah melakukan pemetaan sepanjang pantai di Pangandaran. Bila dihitung berdasarkan panjangnya dan hunian penduduk, seharusnya di Pangandaran terpasang sebanyak 30 EWS. Masih kurang 28 EWS lagi, kekurangan ini sedang diajukan ke pemerintah pusat.
Di tempat yang sama, staf observasi gempabumi dan tsunami stasiun Geofisika BMKG Bandung, Rafdi Ahadi Triputra mengatakan, BMKG sedang memperoses untuk menambah EWS. Namun, kebijakan itu sepenuhnya ada di pemerintah pusat.
Rafdi menjelaskan, berdasarkan penelitian gempa yang terjadi pada di pantai selatan Jawa Barat merupakan gempa dangkal. Sebab itu, apabila terjadi gempa, masyarakat dihimbau untuk tidak panik dan mencari tempat yang aman. Misalkan saja masyarakat bisa berlindung di bawah meja yang kokoh atau sudut bangunan yang aman (tidak ada barang disekitarnya). Rafdi juga mengatakan kalau pentingnya sosialisasi tentang kesiapsiagaan kepada masyarakat untuk menyiapkan langkah evakuasi mandiri. (MA)
Sumber : Pikiran-rakyat.com