Menyulap Tanah Tandus Menjadi Ladang Duit

Percaya atau tidak kalau tanah yang tadinya tandus bisa menjadi sumber harta yang melimpah Disasterizen? Wah, engga? Tapi nyatanya ada lho, seperti ini kisahnya.

Jadi sekitar 20 tahun yang lalu, ada dua kampung yang bertanah tandus yaitu, Ngorageko dan Lekogo, yang berada di Nusa Tenggara Timur. Tanah tandus ini jika musim hujan tiba, tanahnya menjadi labil dan mengancam keselamatan warga pastinya. Nah misalnya saja di tahun 1981, tanah miring di kawasan ini longsor dan menewaskan empat warga Kampung Ngorageko.

Sumber : Kompas

Lalu, ada salah satu seorang masyarakat yang bernama Sebastian Tande. Ia merupakan petani yang tinggal di wilayah itu sejak tahun 1995. Ia melihat tanah di sana begitu tandus pada musim kemarau dan pasti rawan longsor saat musim hujan.

Makanya ia berinisiatif menyulapnya dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan jual nilai tinggi. Ia juga memanfaatkan lahan diantara rumah penduduk yang terpencar-pencar. Berkat tangan Sebastian Tande, tanah tandus itu berubah menjadi hutan yang memberikan kesejukan sekaligus kesejahteraan kepada banyak orang.

Awalnya, ia berpikir usaha kerasnya itu akan sia-sia. Namun, ia menanam dan terus menanam tanpa lelah. Ternyata, bibit tanaman justru tumbuh subur. ”Saya menanam secara bertahap, sedikit demi sedikit,” kata Sebastian Tande yang dilansir dari Kompas.com.

Baca juga : PENTINGNYA MEMANEN AIR HUJAN DI SAAT MUSIM KEMARAU

Hingga akhirnya di tahun 2016, lahan tandus yang sudah ditanami ini menjadi hijau yang mencapai 20 hektare. Awalnya nih Disasterizen, Sebastian menanami lahan tandus itu sendirian. Namun lama kelamaan masyarakat lainnya ikut menanam juga. Lantas, Sebastian membentuk dan memimpin kelompok tani dengan sebutan ‘Hutan Mandiri’.  

Melalui kelompok tani itu, Sebastian Tande memberikan pemahaman kepada anggota kelompok dan warga kampung tentang pentingnya hutan. Ia juga melatih mereka untuk mencintai hutan dan hidup dari hasil hutan.

Meski tidak memiliki sungai, Sebastian percaya ada air di bawah permukaan tanah yang mengalir. Makanya, masyarakat bergotong royong mengebor tanah tersebut untuk mendapatkan air yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Bukan cuma itu, pemerintah juga membangun sejumlah embung sebagai sumber air.

Panen Sepanjang Tahun

Memang sejak awal Sebastian memilih tanaman yang bisa menjadi ladang duit untuk menghijaukan lahan tandus di kampung itu. Hutan itu tumbuh pohon cengkeh, kemiri, kopi, mangga, pisang, vanili, nangka, cokelat, mahoni, sengon, merbau, angsana, dan tanaman berumur panjang lainnya.

Dengan menanam aneka tanaman yang berumur pendek dan panjang, Sebastian dan warga bisa mendapatkan penghasilan dari lahan pertanian mereka secara berurutan nyaris sepanjang tahun. Setiap bulan, mereka bisa panen pisang. Juli-Agustus, mereka panen vanili. Juli-September, mereka panen cengkeh, cokelat, dan kopi. Oktober-Desember, mereka panen mangga.

Setiap tahun, secara bergantian, mereka bisa mendapatkan uang dari sengon yang bisa dipanen pada usia lima tahun. Sebastian juga sudah menikmati hasil panen cengkeh, kemiri, cokelat, kopi, dan nangka.

Hasil dari usaha ia menghijaukan lahan tandus itu menjadi berkah untuk dirinya dan masyarakat sekitar yang tiada henti. Juga, dari hasil tanamannya itu ia bisa menyekolahkan ketiga anaknya hingga ke perguruan tinggi. Bukan cuma sampai situ saja, bahkan ia bisa membangun rumah dan warung makan, kopi juga buah-buahan.

Kerja keras Sebastian selama bertahun-tahun sudah diakui oleh pemerintah. Ia memperoleh Kalpataru dari Pemerintah Kabupaten Ngada pada 2008 dan Kalpataru dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 2009.

Memang berkat dirinya dan tentunya masyarakat sana yang mengubah lahan tandus menjadi hijau dan ladang duit. Sekarang tunggu apalagi? Yuk meneruskan menjadi Sebastian lainnya pada daerahmu! (MA)

Sumber : Kompas.com