Menyembuhkan Trauma Pasca Bencana dengan Membatik

Mungkin kamu bertanya-tanya, apa bisa menyembuhkan trauma pasca bencana dengan membatik? Nyatanya, hal ini bisa!

Membatik bisa menjadi salah satu ‘alat’ untuk penyembuhan bagi korban bencana yang berdampak langsung. Hal ini dikarenakan, ketika seseorang mencoba membatik menggunakan canting, maka motorik halus yang terhubung dengan pusat otak, akan memberikan sebuah rangsangan yang positif. Rangsangan itulah yang membuat seseorang bisa melupakan apa yang tengah terjadi. Keasyikan membatik yang mengharuskan berkonsentrasi juga menjadi cara ampuh untuk penyembuhan trauma pasca bencana.

Baca juga : NEGERI KANGGURU ‘DIHUNI’ RATUSAN GUNUNG API PURBA

Dengan membatik, ada kecenderungan bahwa gambar yang dituangkan dalam membatik merupakan ekspresi dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dialami. Gambar-gambar yang diekspresikan pada kain tersebut, menjadi ajang dialog dan mampu mengekspresikan apa yang dipikirkan, serta apa yang dirasakan oleh para korban bencana. Jika proses trauma healing ini diseriuskan, maka bisa membuahkan sebuah keterampilan dan menjadi nilai jual untuk membantu perekonomian korban bencana.

Kegiatan membatik untuk trauma healing ini pernah dilaksanakan untuk kawan-kawan korban bencana letusan Gunung Merapi pada 2010 lalu. Pascasarjana UNY bersama ELOMAJA (sebuah komunitas pencinta lingkungan dan dongeng) melakukan kegiatan membatik dan berdongeng untuk anak-anak penyintas bencana Merapi.

Kegiatan membatik ternyata mendapat respon yang sangat positif baik dari orangtua, anak-anak bahkan para relawan. Antusias justru datang dari anak-anak yang pada umumnya belum pernah membatik.

Ada kecenderungan bahwa makna goresan canting batik menggambarkan kondisi merapi yang porak-poraknda dengan “wedus gembel-nya“. Tapi di sisi lain ada goresan batik dalam “bunga-bunga” yang menyatu menggambarkan rasa syukur anak-anak masih berkumpul dengan keluarga, bahkan ada anak TK yang menggambarkan huruf Al-Quran dalam goresannya sebagai ekspresi kebesaran Allah atas bencana Merapi. (MA)

Sumber : pps.uny.ac.id & BPBD Bogor