Masih ingat dengan peritiwa gempabumi yang mengguncangkan belahan bumi Yogyakarta pada 2006 silam? Gempa berkekuatan 5,9 skala richter tersebut terjadi pada 27 Mei 2006 dan tercatat sekitar 6.000 orang meninggal dunia, serta ratusan ribu bangunan luluh lantak.
Gempa ini menjadi sebuah kenangan pahit, seperti kopi tanpa gula, yang terus terkenang untuk sebagian masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Yogyakarta.
Sebagai bentuk peringatan dan pembelajar dari apa yang sudah terjadi agar masyarakat lebih meningkatkan kesadaran tanggap bencana, pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta membangun tugu atau tetengger pada tahun 2016. Tugu tersebut berlokasi di titik epicentrum gempa darat dan gempa 2006 persis berada di atas Sesar Opak.
Perlu diketahui, tugu peringatan tersebut dibangun dari batu andesit Merapi setinggi 1,5 meter, di samping kiri, kanan, dan depan terdapat batu yang berisi prasasti yang ditandatangani Gubenur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Rektor UPN Veteran, dan Bupati Bantul Suharsono.
Sumber dana untuk pembangunan tugu tersebut berasal dari bantuan kepala pelaksana BPBD Bantul, UPN, dan juga masyarakat setempat. Mayarakat pun juga biasanya berkumpul di tugu pada setiap 26 Mei malam untuk memanjatkan doa, serta merenungi peristiwa yang merenggut banyak nyawa. (MA)