Disasterizen, setiap daerah pasti mempunyai sejarah yang tersembunyi. Begitu pun juga dengan masyarakat di Sulawesi Tengah, khususnya di sekitar Kota Palu. Kota Palu ini mempunyai sejarah yang perlu kamu ketahui lho Disasterizen!
Jadi menurut mereka, kata “Palu” berasal dari kata To Palu’e yang berasal dari naskah Lontara yang terdapat di Wotu, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Tengah. Memiliki arti tanah yang mengering dan terangkat. Dulunya nih, tanah kota Palu itu terendam air di dasar laut namun perlahan terangkat ke permukaan karena seringnya gempabumi dan aktivitas bumi lainnya.
Selain itu, sejak dahulu nenek moyang masyarakat Palu sebenarnya sudah merekam kejadian likuifaksi (tanah begeser). Ingatkan kejadian likuifaksi 2018 lalu? Kejadian likuefaksi di Palu yang sudah diperingatkan oleh nenek moyang kita, mereka mempunyai istilah lokal tersendiri yaitu “Nalodo” yang artinya tanah amblas dihisap lumpur.
Daerah yang rentan mengalami Nalodo ini tidak dihuni lho oleh penduduk zaman dahulu, sehingga sejak lama memang dibiarkan kosong tak berpenghuni. Sebab, kontur tanah di wilayah itu tidak mendukung, apalagi lokasinya juga berada sangat dekat dengan jalur sesar aktif Palu Koro. Lahan di daerah itu juga tersusun oleh material lunak hasil proses endapan sedimentasi Disasterizen! Selain tanahnya yang merupakan hasil proses endapan yang tebal dan air tanahnya dangkal. Banyak ‘seepage’ atau rembesan air tanah. Warga setempat juga menyebutnya sebagai mata air.
Lalu, sejak tahun 1980an kawasan Balaroa ini diizinkan menjadi kawasan perumahan pertama di Kota Palu, diikuti kawasan Petobo. Wah akibatnya saat terjadi gempabumi yang dahsyat pada 28 September 2018 kemarin, yang mengguncang dua kawasan tersebut beserta kawasan Jono Oge dan Sibalaya Selatan di Kabupaten Sigi mengalami likuifaksi. Tanah tiba-tiba menjadi lumpur, bergerak, dan menghancurkan seluruh bangunan dan material di atasnya. Lumpur ini menenggelamkan rumah-rumah beserta isi dan penghuninya.
Meskipun belum cukup bukti yang kuat untuk menyimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat Palu dan sekitarnya tentang dibalik nama daerah menyimpan pesan bencana. Tetapi, ada baiknya kita tetep melestarikan, menghargai dan mengetahui kearifan lokal di Indonesia. Jangan lupa juga untuk selalu siaga ya! (MA)
Sumber : Ekspedisi Palu-Koro