Mengulik Sisi Perempuan Rentan Terhadap Ancaman Bencana

Saat bencana datang, lalu bencana itu menelan korban. Maka korban perempuan dan anaklah yang paling banyak dibandingkan dengan laki-laki. Di artikel kali ini, SiagaBencana.com akan mengulasnya terkait keadaan perempuan yang lebih rentan dibanding laki-laki saat terjadi bencana dan pasca bencana untuk kamu dengan cuma-cuma, simak!

  • Fasilitas Tidak Memadai

Bukan cuma saat bencana datang saja perempuan rentan menjadi korban, tapi sesudah terjadi bencana pun perempuan juga rentan menjadi korban. Dengan kurangnya fasilitas yang tidak memadai, para perempuan ini rentan terhadap masalah kesehatan seksual juga reproduksi, serta meningkatnya jumlah pelecehan seksual.

Misalnya akses dan kontrol terhadap sumber daya seperti air bersih, toilet, fasilitas kesehatan, dan shelter (tempat berlindung) dibuat seadanya juga kurangnya penerangan. Hal ini yang membuat perempuan menjadi korban pelecehan.

Kekerasan seksual pada perempuan bahkan menjadi momok yang menakutkan dan harus diwaspadai di lingkungan sementara pasca bencana. Perempuan atau anak perempuan yang mungkin telah terpisah dari keluarga yang biasa bisa melindunginya, akan merasa semakin tidak berdaya di pengungsian.

Baca juga : 5 FAKTA FUNGSI PELUIT INI WAJIB KAMU INGAT

  • Kebutuhan Air

Selain semua akses yang disebutkan tadi, air juga penting untuk para perempuan. Kenapa? Sebab jika perempuan ini sedang masa menstruasi atau ibu nifas, lalu kondisi tidak ada air saat pasca bencana. Maka dengan mudahnya perempuan tersebut bisa terkena penyakit serius. Demikian juga ketika seorang perempuan memiliki anak kecil, ketidak adaan air ini bisa sangat merepotkan untuk perempuan dari pada laki-laki pada situasi bencana. Ya kan?

Belum berhenti sampai situ saja, air ini juga sangat berharga dan bisa mempengaruhi air susu ibu yang sedang menyusui bayi. Bisa bayangkan dong kalau air saja berkurang, maka gizi si bayi tidak akan cukup baik nantinya.

  • Trauma

Bukan cuma kebutuhan fisik saja yang harus diperhatikan. Perempuan yang kehilangan suami, anak, orang tua atau keluarga akan mengalami trauma psikis. Pemulihan trauma ini sangat diperlukan.

Lalu, peran perempuan dalam mengurangi risiko bencana itu seperti apa?

Perempuan memiliki peran strategis dalam menghadapi bencana agar risiko yang ditimbulkan akibat bencana dapat ditekan melalui upaya meningkatkan peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana. Untuk meningkatkan kemampuan perempuan dalam mengurangi risiko bencana dapat dilakukan melalui peningkatan :

  1. Kesadaran perempuan dalam memahami situasi lingkungan dan ancaman bahaya.
  2. Pemahaman tentang kerentanan dan kemampuan untuk mengukur kapasitas yang dimiliki perempuan.
  3. Kemampuan untuk menilai risiko yang dihadapi perempuan sebagai individu, anggota keluarga dan masyarakat.
  4. Kemampuan untuk merencanakan dan melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang dimiliki baik melalui peningkatan kapasitas dan mengurangi kerentanan.
  5. Kemampuan perempuan untuk memantau, mengevaluasi dan menjamin keberlangsungan upaya pengurangan risiko sehingga dampak bencana dapat dikurangi atau dicegah. (MA)

Sumber : Jurnal Hastuti (Volume 14 Nomor 2 November 2016) & TheConversation.com