Mengingat Kembali 9 Tahun Gempa dan Tsunami Mentawai

Hari ini, pada 9 tahun yang lalu adalah peristiwa pilu dari gempabumi dan tsunami Mentawai berkekuatan M 7,7. Menurut laporan USGS pada 2010 lalu, lokasi pusat gempabumi berada sekitar 240 km sebelah selatan kota Padang dengan kedalaman 33 meter. Gempabumi ini disusul dengan terjadinya tsunami yang menghantam daratan Mentawai, khususnya daerah Pulau Pagai dan selatan Pulau Sipora. Tsunami tiba di daratan Mentawai 2 jam setelah terjadinya gempabumi.

Awalnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami. Namun, peringatan tersebut dicabut setelah kemungkinan ancaman tsunami berlalu. Tetapi 2 jam kemudian, tsunami terjadi setinggi 3-10 meter dan sekitar 77 desa hancur, Sobat Disasterizen.

Gempa dan tsunami ini mengakibatkan 311 korban ditemukan tewas dan 426 korban lainnya hilang. Berdasarkan keterangan Manajer Pusat Pengendalian Operasional Bencana Pemprov Sumbar, Ade Edward, ada sekitar 637 keluarga atau sekitar 3.500 orang yang ngungsi. Upaya evakuasi pun juga tidak maksimal saat itu Disasterizen, dikarenakan sulitnya akses transportasi menuju lokasi yang telah hancur.

Ada berupa kesaksian dari orang yang mengalami kejadian tersebut yang dilansir dari Kompas.com. Simak!

Warga Dusun Muntei Baru Baru, Desa Betumonga, Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat yang bernama Iram Sababalat mengatakan, sebelum gempa dan tsunami menerjang, ia baru saja pulang ke rumahnya.

Baca juga : CARA UNIK MASYARAKAT ARFAK MENJAGA ALAM

Malam itu, pada 25 Oktober 2010 lalu, ia sehabis bertugas di sebuah penginapan yang biasanya didatangi wisatawan asing. Lalu saat hendak tidur, gempa dan tsunami menggulung rumahnya. Namun sayangnya, tak ada kesempatan baginya untuk melarikan diri Sobat Disasterizen!

Iram pun sempat pingsan, tiba-tiba tersadar dan menemukan dirinya sudah berada di atas pohon durian dan lari menyelamatkan diri ke daratan yang lebih tinggi. “Gelombangnya melewati tinggi pohon kelapa,” kata Iram dengan raut muka kosong. Lalu di malam itu juga, ia berhasil menemukan istrinya di bawah batang sagu dalam keadaan selamat. Sayangnya, anak semata wayangnya yang berusia 3 tahun ditemukan terpisah dari ibunya dalam kondisi tak bernyawa.

Ada lagi kesaksian lainnya Disasterizen! Ia bernama Chandra, tengah tertidur di rumahnya saat gempa terjadi. “Saya ingat, waktu bangun bergoyang-goyang. Lalu, saya dengar ada yang menyuruh lari karena takut ada tsunami,” kata Chandra. Menurut pengakuan Chandra, ia selamat karena terjepit di antara batang pohon kelapa dan kemudian ada seorang laki-laki yang menghampiri dan menyelematkannya.

Gempabumi di Mentawai pada 25 Oktober 2010 lalu ini bukan menjadi satu-satunya yang terjadi. Ingin tahu lebih lengkapnya? Langsung klik di sini! (MA)

Sumber : Buku Menari Bersama Bumi & Kompas.com