SIAGABENCANA.COM – Bertepatan dengan Hari Pemuda Internasional 2024 pada 12 Agustus, Plan International, didukung oleh The Rockefeller Foundation, meluncurkan Youth Leadership Academy (YLA) untuk Aksi Gender dan Iklim, untuk mendesak para pemimpin di kawasan Asia dan Pasifik (APAC) untuk bekerja sama dengan anak perempuan dan kaum muda sebagai pemimpin dan pemberi pengaruh dalam aksi dan keadilan iklim. Dengan dana sebesar $350,000 dari The Rockefeller Foundation, Plan International akan berinvestasi pada 40 pemimpin muda (70% anak perempuan dan perempuan muda) yang berkontribusi pada aksi iklim bersama rekan-rekan dan komunitas mereka di Indonesia, India, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
Mulai dari Mei 2024 hingga Desember 2025, inisiatif ini akan dimulai dengan pembentukan YLA di tingkat Regional, di mana 40 pemimpin muda akan dipilih dan dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan seputar aksi iklim. Inisiatif ini akan berlanjut dengan sesi akademi secara intensif selama tiga bulan dengan para ahli untuk meningkatkan kapasitas mereka. Setelah sesi akademi ini, 40 anggota YLA akan diberikan hibah senilai USD 2.000 untuk melaksanakan proyek aksi iklim yang responsif terhadap gender setidaknya selama satu tahun. Dana ini akan mendukung delapan proyek inisiatif, terdiri dari dua proyek masing-masing di Indonesia, Vietnam, dan India, serta satu proyek masing-masing di Thailand dan Filipina. Cerita transformasi dan keberhasilan dari inisiatif-inisiatif ini kemudian akan didokumentasikan untuk Youth Leadership Summit dan upaya advokasi di masa depan.
“Plan International telah memainkan peran signifikan dalam melibatkan dan berkolaborasi dengan kaum muda untuk bersama-sama mendorong aksi kolektif kaum muda dalam adaptasi perubahan iklim yang responsif terhadap gender. Kami sangat senang dapat bermitra dengan The Rockefeller Foundation di lima negara dengan populasi kaum muda yang signifikan dan rentan terhadap dampak krisis iklim,” kata Nazla Mariza, Influencing Director of Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), dalam peluncuran daring program YLA untuk Aksi Gender dan Iklim.
“Krisis iklim memengaruhi masa depan kaum muda. Namun, kontribusi mereka terhadap isu ini masih sangat minim. Kepemimpinan mereka sangat penting untuk mempercepat aksi iklim yang sudah ada. The Rockefeller Foundation bangga mendukung Plan International dalam meluncurkan Youth Leadership Academy, memastikan bahwa kaum muda tidak hanya diberikan kesempatan untuk hadir dalam ruang diskusi tetapi agar pendapat serta inovasi mereka dapat didengar,” kata Deepali Khanna, Vice President for Asia, The Rockefeller Foundation.
Bhagyashri Dengle, Executive Director, APAC and Policy & Practice, Plan International, juga menegaskan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen Plan International Asia Pasifik untuk memberdayakan kaum muda sebagai pemimpin dalam aksi perubahan iklim, dengan mengatakan, “Inisiatif ini sangat penting untuk misi kami dan bertujuan untuk memastikan bahwa upaya-upaya ini menjangkau audiens yang lebih luas, baik secara regional maupun global. Hal ini sejalan dengan ambisi global Plan International untuk meningkatkan kehidupan 200 juta anak perempuan yang akan menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.”
Kepemimpinan kaum muda, terutama anak perempuan dalam YLA, akan menciptakan kolaborasi aktif dengan pemangku kepentingan seperti pemerintah, ahli pengurangan risiko bencana , praktisi, akademisi, jurnalis, dan influencer dalam mencapai adaptasi perubahan iklim yang responsif terhadap gender. Di luar para pemangku kepentingan ini, program ini akan memberikan peluang bagi peserta untuk berkolaborasi dalam forum pengambilan keputusan iklim utama seperti Asia Pacific Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (APMCDRR) dan Conference of Parties (COP).
Sebagai bagian dari inisiatif yang dipimpin oleh kaum muda ini, kesadaran masyarakat dan publik tentang dampak perubahan iklim akan ditingkatkan melalui mobilisasi aksi kolektif kaum muda. Hal ini akan dilakukan melalui Youth Action Platform Plan International dan penggunaan media sosial yang akan menjangkau setidaknya 2,5 juta orang di kawasan APAC. Sebagai kegiatan terakhir dari proyek ini, Youth Summit on Climate Action akan memperkuat suara kaum muda dengan menghubungkan setidaknya 600 pemimpin muda di lima negara dengan pemimpin global dan regional.
Proyek ini juga akan meningkatkan partisipasi kelompok yang paling termarjinalkan, seperti komunitas adat dan minoritas etnis, dengan membawa suara-suara mereka kepada pembuat kebijakan, berkonsultasi dengan mereka untuk memahami solusi oleh mereka, dan mendukung upaya mereka untuk mencapai perubahan positif dalam isu krisis iklim.