Mengenali Hujan Buatan Dengan Sistem Flare

Hai Tuan Hujan, apa kabarmu? Detak jantung setiap makhluk hidup di bumi pertiwi ini merindukan dirimu. Kau tahu tidak, akibat tidak adanya dirimu. Kami ini terperangkap musim kemarau yang sangat panjang. Sehingga beberapa wilayah mengalami kekeringan dan yang paling parah adalah hadirnya si jago merah.

Si jago merah melalap habis hutan-hutan dan menyerang makhluk hidup. Kau pasti tahu kan, tidak adanya dirimu ini membuat kami susah. Hingga akhirnya kami membuat kembaran dirimu untuk menyelamatkan setiap insan yang ada di bumi pertiwi ini. Kau ingin tahu seperti apa kami membuat kembaranmu? Simak!

Hujan buatan ini dilakukan untuk mengurangi asap akibat kebakaran hutan di sejumlah wilayah Indonesia saat ini. Metode ini disebut sebagai TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca). TMC merupakan suatu usaha campur tangan manusia dalam pengendalian sumber daya air di atmosfer untuk menambah atau mengurangi intensitas curah hujan pada daerah tertentu.

TMC ini banyak banget manfaatnya lho Disasterizen! TMC bisa dilakukan untuk pengisian waduk atau danau, penipisan asap akibat kebakaran lahan dan hutan, serta pengurangan curah hujan.

Baca juga : MANTUL, SAMPAH PLASTIK MENJADI UBIN

Cara Kerja Teknologi Modifikasi Cuaca Dengan Sistem Flare

Flare adalah generator yang menghasilkan bahan semai untuk modifikasi awan. Biasanya flare di pasang pada pesawat dan dinyalakan di dalam atau di bawah dasar awan sekitar 300 m dari dasar awan.

Dengan cara ini, telah dibuktikan dengan berbagai teknik tracer bahwa bahan semai dapat masuk ke dalam sehingga memodifikasi proses hujan. Flare dibuat dari campuran bahan kimia yang disebut bahan piroteknik yang  berfungsi sebagai oxydiser, fuel, binder, serta bahan aditif.

Semoga dengan adanya TMC dengan sistem flare ini bisa mengurangi asap di beberapa wilayah ya Disasterizen. Serta, bisa membebaskan mereka dari asap-asap yang merenggut pernafasan mereka. (MA)

Sumber : BPPT & Antara.com