Gempa yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat berkekutan M 5,6 pada Senin (21/11), dipicu adanya pergeseran Sesar Cimandiri. Eddy Zulkarnaini Gaffar, peneliti Geoteknologi Lembaga Ulmu Pengetahuan Indoneisa (LIPI) dalam studinya ‘Deformasi Kerak Bumi Segmen-Segmen Sesar Cimandiri’ mengatakan Sesar Cimandiri terdiri dari beberapa segmen.
Segmen Sesar Cimandiri terseut adalah segmen Sesar Cimandiri Pelabuhan Ratu (Banten) – Citarik (Sukabumi), Citarik Cadasmalang (Sukabumi), Ciceureum-Cirampo (Sukabumi), Cirampo-Pangleseran (Sukabumi), Pangleseran (Sukabumi) – Cibeber (Cianjur), dan beberapa segmen Cibeber sampai Padalarang (Kab. Bandung Barat).
Sesar Cimandiri berpotongan dengan sesar lain. Sesar yang berarah barat-timur dipotong oleh sesar yang berarah timur laut-barat daya. Sesar yang berarah timur laut-barat daya tersebut merupakan lajur sesar yang berumur relatif lebih muda dari sesar utama Cimandiri.
Diantara lajur sesar yang berarah timur laut-barat daya adalah lajur Sesar Citarik yang kemungkinan menerus sampai ke wilayah Bogor dan Jakarta. Di samping itu, lajur Sesar Cibadak melalui lokasi daerah longsor Warungkiara menerus sampai kota Cibadak dan desa Nagrak yang pernah dilanda gempa pada 2002.
Lalu, bagaimana dengan catatan sejarah gempa akibat Sesar Cimandiri?
Sejarah Gempa Sesar Cimandiri
Potensi kegempaan yang ada di daerah Sesar Cimandiri bisa dibilang cukup besar dengan melihat catatan-catatan gempa, seperti…
- Gempa Pelabuhan Ratu pada 1900
- Gempa Cibadak pada 1973
- Gempa Gandasoli pada 1962
- Gempa Padalarang pada 1910
- Gempa Tanjungsari pada 1972
- Gempa Conggeang pada 1948
- Gempa Sukabumi pada 2001
Sebagai tambahan informasi, meskipun telah terjadi banyak gempa di sekitar Sesar Cimandiri, tetapi karakteristik dari sesar tersebut masih menjadi perdebatan ahli kebumian. (MA)