disabilitas saat bencana

Menengok Lebih Jauh Inklusi Disabilitas dan Penanggulangan Bencana di Indonesia

Indonesia sudah memiliki banyak potensi dan situasi yang mendukung untuk terjadinya inklusi pada isu disabilitas. Misalnya saja pada kebijakan, peraturan, dan panduan sudah banyak tersedia, aktor kemanusiaan (pemerintah, LSM, NGO, dbs) sudah mulai memikirkan isu disabilitas, mulai banyak orang dan organisasi penyandang disabilitas terlibat, dan perspektif donor mengenai isu disabilitas mulai kuat. Hal tersebut disampaikan oleh Indah Putri dari MPBI yang mana sebagai narasumber pada webinar Ngopi PB 2.0 pada Sabtu (15/04/23). 

Baca juga : BUKAN CUMA DI PALU, NEGARA INI JUGA PERNAH ALAMI LIKUIFAKSI

Indah mengatakan, meskipun banyak situasi yang sudah mendukung tapi kita masih mengalami beberapa hambatan. Seperti pada kebijakan, peraturan, dan panduan yang tersedia belum banyak diketahui dan implementasinya masih kurang strategis. Selain itu, aktor kemanusiaan masih belum tau “bagaimana” dalam memastikan inklusi disabilitas, organisasi dan orang dengan disabilitas yang terlibat masih terpusat pada wilayah dimana pernah terjadi bencana besar, dan kapasitas aktor kemanusiaan serta organisasi penyandang disabilitas masih belum seimbang. 

Untuk mencapai inklusi disabilitas, Indah memberikan beberapa rekomendasi yaitu pengarusutamaan isu inklusi disabilitas dalam aksi kemanusiaan masih perlu didorong. Pengarusutamaan isu-isu tersebut antara lain, pendataan penyandang disabilitas dan potensi yang ada di daerah. Tidak sampai di situ, Indah juga merekomendasikan adanya jaminan pemenuhan hak-hak bencana yang inklusif bagi disabilitas dalam aksi kemanusiaan, keterlibatan aktif penyandang disabilitas dan Opdis (organisasi penyandang disabilitas) dalam aksi kemanusiaan, sensitisasi dan peningkatan kapasitas perlu didorong, baik untuk penyandang disabilitas maupun Opdis dan bagi aktor kemanusiaan dalam isu-isu sektoral. Manajemen sumber daya dan sumber daya yang memadai untuk memastikan bahwa masalah inklusi disabilitas dalam kemanusiaan dapat ditangani dengan baik. 

Penyandang disabilitas maupun kelompok berisiko lainnya, misalnya anak-anak, orang lanjut usia, dan lain sebagainya tidak hanya diperlakukan sebagai “obyek” dalam kerja-kerja kemanusiaan, tetapi mereka harus dilibatkan sebagai subyek. Untuk itu diperlukan teknik-teknik fasilitasi partisipatoris yang dapat membantu mereka untuk dapat berpartisipasi secara bermakna.

Pada sesi Ignite Satge, Sarjito dari Kelompok Tani Ngudi Mulya GK memaparkan “Smart Irigasi Kabut”, inovasi inklusi bagi petani lansia dan disabilitas, serta dicintai kaum milenial. Ia bercerita. inovasi tersebut berawal dari keresahan para petani lansia yang tinggal di Gunung Kidul, Yogyakarta, yang mana merupakan daerah rawan kekeringan. Di musim kemarau, para petani tidak bisa berdaya karena sulitnya akses irigasi pada lahan mereka. 

Smart irigasi kabut adalah inovasi guna mempermudah petani dalam penyiraman dan pengolahan lahan. Inovasi ini ditujukan pula sebagai upaya dalam menarik minat kaum muda untuk menjadi petani milenial. Selain itu, inovasi ini dapat membantu petani lansia dan petani disabilitas dalam mengoperasikan air secara langsung melalui gardu panel. Yang mana selang-selang yang ada di sekitar lahan sengaja dibuat otomatis untuk menerima koneksi dari gardu panel yang ada di lokasi tersebut. Gardu panel nantinya dapat dioperasikan dengan mengakses website smart irigasi kabut. 

Dapat disimpulkan, kini para petani sudah dapat melakukan pengolahan lahan dari jarak jauh melalui smartphone. Selain itu, dalam penggunaannya pun smart irigasi kabut dibuat khusus untuk menjalankan penyiraman sesuai dengan pengaturan lahan dan jenis tanaman yang telah dipilih petani. Inovasi ini juga lebih menghemat air, karena air yang dikeluarkan pun berupa sprinkle (percikan) dan bisa menimbulkan regenerasi petani muda. 

Oleh karena itu, Sarjito berharap adanya dukungan lebih yang diperlukan untuk para petani, seperti pengadaaan sumber mata air baru khusus untuk kebutuhan pertanian, mentoring untuk peningkatan kepasitas inovasi pertanian dan teknologi, dan dukungan keberlanjutan inovasi dari berbagai pihak. 

Dapat disimpulkan, kata ‘inklusi” masih terdengar sangat jauh dari kita, karena masih banyak yang perlu dibenahi. Namun, satu langkah kecil adalah sebuah progress yang mana jika dijalankan secara bersama-sama bisa mencapai inklusi disabilitas dalam penanggulangan bencana.

Menarik sekali bukan pembahasannya? Penasaran dengan pembahasan minggu depan? FYI, Ngopi PB sekarang pindah jam tayang! Ikuti kegiatannya pada setiap Sabtu pagi jam 09.00 WIB – selesai. Kamu bisa mengakses Ngopi PB dengan link 

Bagi kamu yang ketinggalan, bisa menonton siaran ulangnya di Facebook Pujiono Centre di https://www.facebook.com/pucenjogja/live/ atau YouTube PREDIKT di  (MA)