Sehubungan dimulainya pergantian musim kemarau ke musim penghujan di beberapa wilayah Indonesia, potensi bahaya angin kencang dan puting beliung semakin tinggi Disasterizen. Salah satu kejadian angin puting beliung ada di Sragen, Jawa Tengah.
Selasa (20/11), hujan deras disertai angin kencang menyebabkan bangunan aula SMKN 1 Miri Sragen, Jawa Tengah roboh. Robohnya bangunan tersebut mengakibatkan beberapa murid mengalami luka. Menurut Kepala sekolah SMKN Miri Sarno, ada sebanyak 14 murid mengalami luka-luka. Mereka yang luka sudah dievakuasi dan mendapatkan perawatan medis dari rumah sakit terdekat.
Ternyata nih ya Disasterizen, menurut pantauan BPBD setempat angin puting beliung ini tidak hanya merobohkan bangunan sekolah, tapi juga merusak genting rumah serta pohon tumbang di beberapa titik. Maka dari itu kita perlu mengetahui tanda-tanda akan terjadinya angin puting beliung dan bagaimana kita harus menyikapinya agar berkurangnya korban yang berjatuhan. Untuk lebih lengkapnya baca di sini!
Selain yang sudah kamu baca tadi, masyarakat pesisir Yogyakarta memiliki cara unik tersendiri dalam mengenali angin puting beliung. Seperti apa?
Baca juga : IMPOR SAMPAH MENJADI SUMBER MASALAH
Mengenali Datangnya Angin Puting Beliung
Masyarakat pesisir Yogyakarta mengenali akan datangnya angin puting beliung dengan melihat ada kabut sebelum angin datang. Selain itu, ada awan akan berbentuk menyerupai gelombang atau dalam bahasa lokalnya adalah “ampak-ampak”. Tidak hanya itu saja Sobat Disasterizen! Sesaat sebelum angin puting beliung datang, akan terjadi panas yang terik namun di tengah panas tersebut tiba-tiba saja langit berubah menjadi gelap dan udara menjadi dingin.
Mereka pun juga tradisi yang diturunkan kepada generasi berikutnya tentang kesiapsiagaan akan hadirnya ancaman bencana, misalnya…
- Menasehati anak dan cucu untuk selalu memohon keselamatan pada Tuhan.
- Membuang galar (tongkat kayu) ke luar rumah, agar diberi keselamatan dan bencana tersebut menjauh dari mereka.
- Membuang garam diikuti dengan adzan. Hal ini tujuannya supaya angin puting beliung berhenti.
- Sembunyi di dalam ruangan jika ada lesus (angin puting beliung).
- Supaya terhindar dari rumah roboh, maka bangunan rumah berbentuk limasan, dan warga akan saling berpegangan sambil berucap kukuh bakoh, agar rumah mereka tidak roboh saat ada ancaman bencana.
Unik dan menarik banget ya Disasterizen masyarakat Yogyakarta ini? Adakah keunikan tradisi dari daerahmu? Coba komen di kolom komentar di bawah ini! (MA)
Sumber : Jurnal Kadhung Prayoga