LIPI Mengukuhkan Empat Peneliti Menjadi Profesor Riset Baru

Jakarta, SiagaBencana.com – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengukuhkan empat penelitinya sebagai Profesor Riset dalam Orasi Pengukuhan Profesor Riset yang digelar secara virtual pada Selasa (27/7/21).

Ke empat peneliti yang telah resmi menyandang gelar tersebut adalah Dr. Ir. Rudi Subagja (Bidang Metalurgi Proses), Dr. Ir. Sensus Wijonarko, M.Sc. (Bidang Teknologi Instrumentasi), Dr. Danny Hilman Natawidjaja, M.Sc. (Bidang Ilmu Kebumian) dan Dr. Effendi, S.T., M.T. (Bidang Metalurgi dan Material).

Ke empat peneliti tersebut dikukuhkan sebagai Profesor Riset ke-151, 152, 153, dan 154 secara berurutan di lingkungan LIPI. Dikukuhkannya ke empat peneliti tersebut menjadi bukti bahwa LIPI terus berkesinambungan dalam melakukan kaderisasi yang menghasilkan penelitian-penelitian berkualitas dan bertaraf internasional. 

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko memberikan ucapan selamat kepada para peneliti yang dikukuhkan. Handoko mengatakan bahwa pengukuhan sebagai Profesor Riset merupakan pencapaian puncak bagi pejabat peneliti, tetapi gelar Profesor Riset juga memberikan kewajiban tambahan. “Kewajiban moral, yakni kewajiban untuk membina, mendidik, dan mengembangkan para junior untuk menjadi periset yang lebih baik daripada kita di masa mendatang,” katanya.

Handoko juga berpesan agar para Profesor Riset yang baru dikukuhkan dapat memimpin dan membina grup riset masing-masing dan bisa berkompetisi serta bekerja sama di lingkungan Indonesia atau global.

Rudi Subagja dalam orasinya menguraikan rangkaian hasil dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan, meliputi penelitian pemanfataan ilmenite Indonesia menjadi titanium, penelitian pemanfaatan bijih nikel laterit kadar rendah Indonesia menjadi konsentrat dan logam nikel, serta pemanfaatan malasit menjadi logam tembaga.

Ia menyampaikan bahwa Indonesia mempunyai daya mineral di beberapa daerah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Menurutnya, hal tersebut terlihat dari mata rantai industri yang belum lengkap dan masih adanya ketergantungan Indonesia pada impor bahan logam.

Sementara itu, dalam orasinya Sensus Wijonarko menyampaikan bahwa ketahanan air suatu kawasan dapat dapat diperkirakan dari neraca air (keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air). Informasi itu didapat melalui metode penghitungan tentang pergerakan air. Ia juga mengatakan, instrumentasi neraca air ini juga dapat berfungsi sebagai kalibrator perhitungan neraca air. Selain itu, bisa pula menjadi pembanding dengan instrumentasi neraca air di tempat yang lain yang menerapkannya, terutama bila sudah terintegrasi dalam sistem pengamat hidrometeorologi global.

Sedangkan, Danny Hilman yang telah menulis 77 publikasi ilmiah dalam bahasa Inggris dan Indonesia memulai orasinya dengan menjelaskan wilayah Indonesia yang terletak di antara lempeng tektonik aktif dan mempunyai aktivitas gempa yang sangat tinggi. Kondisi ini menjadi tantangan besar untuk pembangunan yang aman dari bencana alam.

Ia mengatakan bahwa pemetaan sesar aktif di darat tidak cukup dengan metode konvensional yang mengandalkan analisis lanskap tektonik aktif dari bentang alam, karena wilayah tropis Indonesia jejak sesarnya banyak yang hilang akibat erosi atau tertimbun sedimentasi. Untuk itu, Danny mengembangkan teknik pemetaan sesar aktif dengan bantuan foto udara drone, pemindaian geofisika dangkal bawah, permukaan dengan teknologi georadar dan geolistrik, termasuk uji paritan paleoseismologi disertai uji radiometric dating.

Sedangkan, Effendi dalam orasinya memaparkan pengembangan paduan logam untuk komponen turbin dalam pembangkit listrik tenaga uap. Ia mendesain komposisi kimia dan struktur mikro paduan-super berbasis nikel kristal tunggal generasi baru berdasarkan interaksi unsur paduan pada suhu tinggi, yang dianggap lebih unggul.

Adapun untuk paduan logam pada suhu turbin uap, Effendi melakukan desain baja tahan karat martensitik dan baja tahan karat austenitik, baik dari sisi komposisi kimia maupun perlakuan panasnya. Desain ini menghasilkan baja tahan karat martensitik dengan komposisi modifikasi yang memiliki kekuatan mekanik, ketahanan abrasi, dan ketahanan korosi sumuran lebih baik dari baja tahan karat martensitik standar 410. (MA)