Pemindahan ibu kota Indonesia yang baru sudah ditetapkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo, yaitu pindah ke Kalimantan Timur (27/8). Secara resmi Presiden Indonesia mengumumkan kalau Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara yang akan menjadi pengganti Jakarta sebagai ibu kota Indonesia.
Menanggapi hal ini, Gubenur Kalimantan Timur, Isran Noor menyambutnya dengan baik. Ia juga mengatakan kalau ada dampak positif yang ditimbulkan dari pindahnya ibu kota ke Kalimantan Timur, sebab berdekatan dengan Pulau Sulawesi. Yang mana Pulau Sulawesi menjadi penghasil bahan bangunan terbaik, akan memberikan bahan bangunannya untuk pembangunan ibu kota baru.
Nah, kalo kita cerna dari ucapan Isran Noor ini tentang Pulau Sulawesi yang akan memberikan bahan bangunan ke Kaltim, maka Sulawesi manakah yang dimaksud? Sulawesi kan luas ya, apakah maksudnya adalah Kota Palu dan Kabupaten Donggala?
Baca juga :Â 5 SENI INI TERINSPIRASI DARI LETUSAN GUNUNG KRAKATAU
Memang Kota Palu dan Kabupaten Donggala terkenal memiliki tambang galian pasir batu (Sirtu) dengan kualitas yang baik. Selama ini kan banyak ya hasil tambang sirtu dari Palu dan Donggala dikirim ke wilayah lain untuk keperluan bahan bangunan. Selain itu, kalau dilihat dari letak geografisnya Kaltim ini memang berdekatan dengan Palu dan Donggala. Maka kemungkinan Palu dan Donggala lah yang dimaksud oleh Isran. Sebagai tambahan informasi ya, kedua wilayah ini sempat tertimpa bencana alam pada 28 September 2018 lalu.Â
Namun, sekarang gimana ya kondisi lingkungan tambang galian sirtu yang ada di Palu dan Donggala? Berikut SiagaBencana.com ulas yang dilansir dari artikel Reza Permadi di Kumparan.com :
- 140 orang desak tambang galian sirtu di Palu dan Donggala dihentikan. Ini dilakukan untuk kepentingan penyelamatan pesisir dan perlindungan nelayan.
- Pada industri pertambangan ini tidak memperhatikan tata lingkungan yang baik. Jadi, dari sepanjang garis pantai Teluk Palu ada bukit yang terpangkas sebagian. Sementara pada tepian teluk, dermaga berdiri kokoh, dan menjadi sandaran kapal tongkang pengangkut hasil tambang. Nah, keberadaan dermaga pribadi milik perusahaan pengelola tambang ini lah yang menggusur keberadaan lokasi budidaya rumput laut. Budidaya rumput laut ini yang menjadi salah satu sumber daya alam Donggala.
- Selanjutnya, kerusakan lingkungan di sekitar tambang di Palu-Donggala ini banyak menimbulkan kasus penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
- Terdapat banyak izin usaha pertambangan (IUP) yang belum selesai, atau istilahnya Clear and Clean (CnC). Kalau menurut Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Sulawesi Tengah, hanya sedikit izin usaha pertambangan di Donggala.
- Bisa terjadi longsor dan sering terjadi kecelakaan lalu lintas di lokasi tambang. Ini disebabkan karena pemakaian tambang yang tidak memperhatikan lingkungan.
- Pertambangan ini belum mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat. Sebab angka kemiskinan di Donggala semakin meningkat di setiap tahunnya.
Jadi jika disimpulkan, kalau melihat seberapa parahnya kondisi pertambangan di Palu-Donggala. Pemerintah harus membuat kebijakan dan memiliki cara lain agar kondisinya tidak semakin parah. Tentunya juga tidak ada lagi korban dari masyarakat. Pasti ada cara lainnya yang bisa dilakukan untuk mendapatkan bahan bangunan untuk ibu kota baru Indonesia. (MA)
Sumber :Â Reza Permadi