Laut Banda dan pulau-pulau di sekitarnya, khususnya Provinsi Maluku merupakan wilayah yang berada di pertemuan 3 lempeng, yaitu lempeng Eurasia, Pasifik dan Australia. Pertemuan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan kejadian gempa yang sangat aktif dan sangat rawan.
Ahli gempabumi dan tsunami di dalam dan luar negeri telah melakukan berbagai penelitian gempabumi dan tsunami di Laut Banda, Laut Seram dan Laut Maluku Utara dan Kepulauan di Maluku. BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), bersama Universitas Hasanuddin telah melakukan penelitian sumber gempabumi Maluku atas dasar catatan sejarah gempabumi dan tsunami, kondisi geoteknologi dan geografis kepulauan di Maluku.
Baca juga : TENGOK KEMBALI SEJARAH LETUSAN GUNUNG AGUNG
Ada potensi besar gempa tektonik dalam skala besar di Pulau Seram dan sekitarnya, namun daerah-daerah yang ada membentuk dilatasi (bentuk pembesaran atau pengecilan dari titik-titik yang membentuk sebuah bangun datar) sebagai media pelepasan energinya. Kondisi ini menyebabkan wilayah tersebut tak pernah sepi akan kejadian gempabumi.
Bila mencermati dari sumber gempanya, Pulau Seram dan sekitarnya merupakan zona sesar strike-slip sebagai akibat bergesernya lempeng dan sangat mungkin sesar naik juga ada. Ini tercermin dari data-data sumber gempabumi sebelumnya. Namun secara keseluruhan, wilayah itu merupakan zona potensi sesar geser.
Terdapat 55 kejadian gempa bumi kuat (signifikan) sejak 1976, termasuk 26 September 2019 dalam rentang magnitudo 6.5–7.5. Bila menilik sejarah banyaknya catatan gempabumi kuat berkedalaman kurang dari 70 km, maka zona Banda Opening lah merupakan kawasan sangat rawan gempabumi dan tsunami yang patut diwaspadai di wilayah timur Indonesia.
Kejadian gempabumi magnitudo 6.82 pada tanggal 26 September 2019 pukul 06.46.45 WIB bersumber dari koordinat 3.38 LS dan 128.43 BT atau 40 km timur laut Ambon–Maluku dengan kedalaman 10 km. Gempa melanda Kota Ambon, Maluku Tengah dan Seram bagian Barat yang mengakibatkan 41 jiwa meninggal dunia, 1.602 luka-luka, dan 230.000 lebih orang mengungsi. Selain berdampak korban, gempa juga mengakibatkan lebih dari 12.000 rumah dan 500 fasilitas umum, serta fasilitas sosial terdampak.
Serem banget bukan Disasterizen? Oleh karena itu, yuk bersama melakukan siap siaga dalam menghadapi bencana yang akan terjadi untuk mengurangi dampak dari risiko bencana. Salam siaga! (MA)
Sumber : BNPB