Komunikasi Risiko Bentuk Upaya Pengurangan Risiko Bencana

Komunikasi risiko yang tepat sangat penting dalam proses upaya penyadaran (awareness) masyarakat tentang potensi bahaya, risiko  bencana di area tempat tinggal mereka. Komunikasi risiko pada dasarnya adalah pertukaran informasi, nasihat, dan pendapat mengenai risiko serta faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko antara para ahli, peneliti, tokoh masyarakat atau pejabat kepada orang-orang yang berisiko. Tujuannya agar masyarakat dapat mengambil keputusan untuk melakukan perilaku menghindari atau mengelola risiko untuk melindungi dirinya sendiri dan orang lain disekitarnya.

Dalam setiap kejadian bencana, perempuan dan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan, karenanya para perempuan dan ibu harus meningkatkan pengetahuan untuk menghadapi bencana bagi diri sendiri, dan keluarganya serta lingkungannya agar saat terjadi bencana tidak perlu menunggu pertolongan untuk menyelamatkan diri sendiri dan keluarga. Hal inilah yang mendorong saya untuk merubah pendekatan atau metode komunikasi risiko yang selama ini sering dilakukan dari yang sifatnya komunikasi risiko berbasis fisik (data) menjadi komunikasi risiko berbasis budaya. Melalui pengajian ibu-ibu Jamaah Mushola Nurul Ikhlas, Cengkareng Timur, saya berupaya menyampaikan secara runut dalam waktu 15-20 menit mulai dari perkenalan diri dan menjelaskan maksud tujuan, mengenali situasi sekitar lingkungan, mengidentifikasi risiko apa saja yang mungkin bisa terjadi sampai dengan langkah-langkah kesiapsiagaan yang bisa dilakukan secara personal/pribadi maupun keluarga. Selama proses penyampaian berlangsung terjadi dialog dua arah antara komunikator dengan komunikan sehingga diharapkan pesan yang disampaikan bisa dipahami. 

Komunikasi risiko yang mengandalkan media massa, sifatnya satu arah dan tidak disertai dengan dialog dinilai kurang efektif menjangkau masyarakat pada lapisan bawah. Model komunikasi risiko teknis (dalam bentuk penyampaian data) seperti ini merupakan penyampaian satu arah data-data teknis ilmiah (misalnya curah hujan, kondisi cuaca, kekuatan gempa, peta geologis rawan bencana) yang berisi informasi risiko bencana kepada publik. Model komunikasi risiko berbasis teknis  hanya berfungsi baik untuk menginformasikan temuan risiko data kuantitatif secara umum, misalnya informasi data-data cuaca, gempa, tsunami dan sebagainya.

Pilihan lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan model komunikasi risiko berbasis budaya yang lebih bersifat humanis, tak hanya menyampaikan data teknis, tapi juga mengajak publik (masyarakat lokal) untuk turut serta dalam menilai risiko bencana dan perencanaan kesiapsiagaan untuk menghadapi risiko bencana tersebut. Masyarakat diajak turut serta dalam menilai risiko dan merancang konten atau isi untuk keperluan kampanye komunikasi risiko dengan mendorong dialog demokratis di ruang publik tentang risiko yang akan dihadapi. Model komunikasi risiko berbasis budaya dinilai efektif karena melibatkan masyarakat yang berpotensi terkena dampak bencana dapat beradaptasi dan merangkul beragam karakter manusia dalam mengedukasi pemahaman penyebab dan kemampuan merespon dalam menghadapi bencana.

Kesempatan tadi malam adalah cara saya men-challenge kemampuan berbicara didepan publik dalam mengkomunikasikan risiko dikalangan masyarakat bawah tentang antisipasi fenomena La-Nina dan juga bagian dari bentuk tanggungjawab saya sebagai seorang profesional yang bergelut dengan penanggulangan bencana, tidak apatis/cuek dengan kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal. Melibatkan anak-anak dalam kegiatan seperti ini bagi saya bentuk kepedulian sebagai orang tua akan pentingnya pendidikan bencana sejak usia dini.

Semoga Terinspirasi!

Penulis : Tasril Mulyadi

Sumber Referensi :

https://openknowledge.worldbank.org/bitstream/handle/10986/16147/800720drm0kn5030Box0377295B00PUBLIC0.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://theconversation.com/komunikasi-risiko-bencana-satu-arah-di-zona-rawan-gempa-tsunami-tak-efektif-cegah-jatuh-korban-119093

https://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/iwachap14.pdf?ua=1

https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/info-terkini/Komunikasi_Risiko_untuk_Penanggulangan_Krisis_Kesehatan.pdf