Berkembangnya teknologi saat ini memang sangat memudahkan seseorang. Tapi, juga bisa memperburuk lingkungan sekitar, Sob. Misalnya saja dalam menangkap ikan, banyak yang masih menggunakan bom dan sianida. Padalah pemerintah sudah melarangnya sejak 2004 lalu.
Jadi seperti yang dilansir dari TheConversation.com, ada beberapa orang yang memiliki kisah dan berbeda satu sama lain tentang bagaimana mengubah cara pandang mereka terhadap laut, dari yang merusak menjadi melindungi. Mereka ini mantan pelaku pemboman ikan hingga aparat pemerintah.
Namun, yang menjadi ‘gong’ dari kisah mereka adalah terlibat dalam program pemerintah yang dinamakan Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang/Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP), yang menerapkannya di tingkat lokal terhenti pada tahun 2017 lalu. Seperti apa ya kisahnya?
Yudi Ansar
Seseorang yang bernama Yudi Ansar ini, sudah menangkap ikan dengan menggunakan bom sejak lulus sekolah menengah atas, Sob. Nah suatu hari, ia mengalami hal yang menyakitkan hati. Ia kehilangan empat orang temannya yang sedang menggunakan bom untuk menangkap ikan.
Pada saat itu, ia bersama dengan teman-temannya belum mengetahui pelarangan penggunaan bom dan sianida untuk menangkap ikan. Bahkan nih, beberapa oknum petugas sempat melindungi nelayan yang melakukan praktik menangkap ikan yang merusak.
Tetapi, setelah ia kehilangan empat temannya tersebut. Yudi berhenti menjadi nelayan dan mencari pekerjaan lain, kemudian pindah ke desa yang sudak masuk ke dalam program COREMAP. Ia juga mengambil bagian dalam Lembaga Pengelola Sumberdaya Pesisir (LPSP), dimana telah menyediakan program mata pencarian alternatif bagi nelayan yang ingin meninggalkan praktik merusak perikanan.
Jika ingin kamu tahu, Yudi sekarang bekerja sebagai fasilitator dan Ketusa LPSP bagi desa Patikarya, sebuah peran yang membuatnya bisa menjadi influencer bagi nelayan lainnya untuk meninggalkan praktik menangkap ikan dengan pengeboman dan pembiusan.
Baca juga : MONSTER PLASTIK MEMBUNUH TERUMBU KARANG
Muhammad Arsyad
Orang yang kedua ini adalah mantan penangkap ikan menggunakan bahan peledak pada tahun 1987. Selain menggunakan bahan peledak, Arsyad mempelajari pembiusan ikan dengan sianida dari sebuah perusahaan asing yang berbasis di Hong Kong. Perusahaan tersebut meminta Arsyad untuk bisa mengajarkan nelayan lainnya menggunakan sianida.
Lalu, Arsyad juga punya usaha sampingan membuat ikan asin/kering. Karena usahanya semakin berkembang, kemudian ia menghentikan kegiatan menangkap ikannya pada tahun 2004 lalu. Juga di tahun yang sama, Arsyad menjadi aparat pemerintah Desa Bontolebang dan terlibat dalam program COREMAP, lho. Dari situ, ia menyadari tentang dampak negatif dari praktik menangkap ikan menggunakan bahan peledak dan sianida.
Di tahun 2008, Arsyad ini terpilih menjadi kepala Desa Bontolebang. Dengan ia dijadikan sebagai kepala desa, Arsyad mencoba memengaruhi ‘bos-bos’ lainnya untuk menghentikan pengeboman ikan. Selain itu, ia juga turut melibatkan para istri dan anak nelayan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya terumbu karang.
Seperti itulah kedua orang yang dahulunya melakukan tindakan yang sangat berbahaya untuk ekosistem laut. Bukan hanya dua orang itu saja, tapi masih ada beberapa orang lainnya yang punya cerita unik dibaliknya, tanpa bisa SiagaBencana.com tampilkan. Semoga dengan adanya ini bisa menjadi pelajaran ya untuk kita semua, harus melindungi dan menjaga ekosistem laut. (MA)
Sumber : TheConversation.com