Masih ingat dengan peristiwa yang memilukan setiap tsunami menerjang? Yap, setiap peristiwa tsunami datang, tak jarang memakan banyak korban. Tapi, ada kok yang masih selamat dari peristiwa tsunami, Disasterizen. Bagaimana ya mereka selamat dari amukan gelombang besar saat itu?
- Berpegangan Dengan Pohon
Pohon bisa menjadi penolong disaat genting jika tsunami menghampirimu. Misalnya saja yang dialami oleh seorang masyarakat selamat dari tsunami pantai Selatan Jawa 2006 lalu. Ia adalah Suwardi.
Pada saat itu, Suwardi sedang mengolah salah satu dari ladang tersebut pada saat tsunami 2006 menghadang. Ia tidak menyadari adanya gempabumi sebelumnya, dan tidak melihat ada gelombang yang tampak karena bukit pasir menghalangi pandangannya menuju laut saat itu Disasterizen.
Lalu, Ia dikejutkan oleh tsunami yang menghadangnya dari dua arah (dari balik bukit pasir dan sungai). Air itu menghempaskan dirinya, kemudian ia mendorongkan kakinya ke sebuah pohon kelapa yang kokoh dan tangannya menggenggam erat pohon lebih kecil di sebelahnya. Dari posisi ini, dengan ketinggian air mencapai hidungnya, Suwardi melihat tsunami mengalir deras dari sungai menuju ladang pertanian lainnya dan menyapu orang-orang yang berada di sana.
Baca juga : MENGENAL ISTILAH TSUNAMI DALAM BAHASA DAERAH
- Gunakan Benda Mengapung
Bocah sebelas tahun bernama Taha Yasin bil Ilyas tengah membantu ayahnya menanam pohon bakau di sepanjang pesisir Alue Naga, kawasan Banda Aceh. Saat ada guncangan sampai guncangan berhenti, ia berjalan pulang, ayahnya diam di tempat untuk mengobrol dengan teman-temannya.
Tidak lama setelah sampai, Taha mendengar bunyi gemuruh dari arah laut, disertai teriakan bahwa laut membumbung tinggi. Taha, saudara laki-lakinya, dan ibunya menghambur ke luar rumah dan bergabung dengan kerumunan orang di jalan. Ombak raksasa berwarna hitam mendekat, menelan semua yang ada di hadapannya.
Gelombang pertama membawa Taha ke pohon terdekat. Dia mencengkeramnya, namun sapuan gelombang berikutnya membuat genggamannya lepas. Ia menemukan dirinya tenggelam di bawah puing reruntuhan. Tapi ia berusaha untuk mencapai permukaan, kemudian melihat sebuah bantal, dan meraihnya. Lalu, saat gelombang ketiga menerjang, gelombang tersebut membawanya hanyut ke laut bebas.
Pada saat ini, Taha mendapatkan pelampung tambahan, yaitu sebuah buku. Taha masih mencengkeram bantal dan juga bukunya saat ia hanyut ke tepian. Ia membawa-bawa buku tersebut selama 10 hari, hingga akhirnya menemukan bahwa ayahnya pun selamat.
- Pergi Ke Lepas Pantai
Emirza selamat dari tsunami 2004 saat berada di lepas pantai Ulee Lheue, Banda Aceh. Di sana, empat gelombang menyergap perahu Emirza. Dia berusaha membuat kapalnya tetap terarah ke ombak yang datang, sambil mencoba untuk menuju laut yang lebih jauh.
Saat ia mencapai air yang lebih tenang, di sana dia menunggu hingga memutuskan untuk kembali pulang. Namun, sebelum ia mencapai pelabuhan, arus deras dari arah daratan membalikkan perahunya. Emirza selamat dengan mencengkeram kabel listrik dan memanjat tiang.
Ada lagi nih cerita lainnya, yaitu dari Budiyono dan seorang temannya tengah memacing saat itu, Disasterizen. Mereka berada sekitar 500 meter lepas pantai Pangandaran saat gelombang pertama tsunami 2006 muncul jelas. Awalnya, Budiyono tidak menyadari hal tersebut karena dia menghadap daratan.
Tetapi ternyata temannya menyadari, namun saat Budiyono akhirnya sadar, gelombang sudah mendekat dengan cepat. Teman Budiyono berusaha memacu cepat perahunya ke darat. Sebaliknya, Budiyono menuju laut yang lebih jauh dan berusaha sekuat tenaga melawan gelombang yang datang. Pada akhirnya Budiyono selamat, namun temannya yang menuju daratan tidak.
Seperti itulah cerita-cerita mereka korban yang selamat dari bencana tsunami di Indonesia ini Disasterizen. Cerita ini bisa kamu ambil manfaatnya, meskipun kamu seharusnya sudah mengetahui ciri-ciri akan terjadi tsunami. Dengan baca di sini!
Meskipun sebenarnya masih banyak lagi cerita lainnya yang bisa kamu contoh untuk menyelamatkan diri dari ancaman bencana tsunami. Yuk sadar bencana! (MA)
Sumber : Buku Saat Gelombang Pertama Tiba Dalam Hitungan Menit (UNESCO)