Kemarin (17/11), gunung yang memiliki tinggi sekitar 2.930 meter di atas permukaan laut ini terlihat mengeluarkan abu sekitar pukul 10.46 WIB. Dari kejadian tersebut masyarakat dihimbau untuk tetap waspada akan terjadinya letusan gunung tersebut.
Tapi ada yang menarik nih Disasterizen dengan masyarakat sekitar Gunung Merapi. Jika terjadi kondisi bahaya erupsi Merapi, cara penyampaian pesan Juru Kunci kepada masyarakat adalah dengan menggunakan kata personifikasi. Jadi gini, Juru Kunci Gunung Merapi ini tidak menyebut “Merapi akan meletus”. Tetapi ia akan mengatakan “Eyang lagi Merapi ewuh, ojo cedhak-cedhak, lan ojo ngrusuhi” (terjemahan : Merapi sedang punya hajat/kerja, jangan mendekat, dan jangan mengganggu).
Ungkapan ini mengisyaratkan kepada masyarakat (khususnya masyarakat lereng Merapi) untuk segera meninggalkan permukiman atau menjauhi gunung yang sedang melakukan aktivitasnya dan masyarakat tidak diperkenankan beraktivitas (baik sosial maupun ekonomi) di sekitar Merapi.
Baca juga : SAATNYA MENGGANTI SIKAT GIGI RAMAH LINGKUNGAN
Meskipun pesan tersebut tidak diungkapkan secara lugas, namun masyarakat lereng Merapi sudah dapat memahami perintah tersebut. Dalam managemen bencana, isyarat tersebut dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk simbol peringatan dini (early warning) kepada masyarakat.
Tapi ingat Disasterizen! Bukan hanya masyarakat Gunung Merapi saja yang memiliki keunikan dalam sistem peringatan dini. Masyarakat lain pun juga punya cara dan keunikan tersendiri dalam sistem peringatan dini. Ingin tahu seperti apa? Klik di sini! Yuk mulai lestarikan kebudayaan Indonesia! (MA)
Sumber : Jurnal Gunawan (Peneliti Puslitbang Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI)