Hari ini dan kemarin, tepatnya pada tanggal 12 – 13 Oktober adalah hari yang spesial. Hal ini dikarenakan hari tersebut adalah acara puncak peringatan bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Pada kegiatan yang telah rutin dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini, di tahun 2020 mengambil tema “Daerah Punya Aksi dalam Pengurangan Risiko Bencana”. Hal tersebut bertujuan untuk membangun kesadaran bersama, dialog dan mengembangkan jejaring antar pelaku PRB, serta dapat dijadikan ajang pembelajaran bersama bagi pelaku PRB seluruh Indonesia.
Sebenarnya, kegiatan bulan PRB di tahun 2020 saat ini dilakukan di Kota Ambon, Maluku. Akan tetapi, saat ini hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia terkena dampak pandemi COVID-19. Maka dari itu, pelaksanaannya dilakukan di Jakarta dengan mematuhi protokol kesehatan, yakni melalui daring dan luring.
Kemarin, (12/10) telah digelar webinar Seminar Nasional dan Internasional di bidang kebencanaan dengan melibatkan kepala daerah terpilih dan pimpinan organisasi kemasyarakatan, serta wakil negara-negara sahabat di tiga lokasi, yaitu Hotel Lor In Sentul, Hotel Bigland Sentul, dan Graha BNPB Jakarta.
Pada webinar tersebut, memiliki beberapa tema yang menarik. Salah satunya yang cukup banyak menarik perhatian peserta adalah webinar tema 1. Webinar tema 1 diberi tema “Ketangguhan Daerah”. Di webinar tema 1 mengundang beberapa kepaka daerah sebagai narasumber, antara lain Richard Louhenapessy (Walikota Ambon), Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), Erzaldi Rosman Djohan (Gubernur Bangka Belitung), dan Zaenal Arifin (Bupati Magelang).
Webinar tema 1 telah dibuka oleh Lilik Kurniawan, Deputi Bidang Kesiapsiagaan BNPB secara daring. Dirinya menyoroti wilayah Indonesia yang rawan terhadap ancaman geologi dan hidrometeorologi, karenanya penting bagi kepala daerah untuk saling berbagi pengalaman, tantangan dan hambatan serta strategi saat menangani bencana.
“Kepala daerah yang hadir sebagai pembicara akan membagikan pengalaman, sharing apa yang sudah dilakukan. Lesson learned atas semua yang telah dilakukan dalam penanganan bencana di daerahnya,” ujar Lilik pada sambutannya melalui ruang digital.
Selain itu, ada narasumber yang hadir secara fisik di Sentul, Bogor. Salah satu yang hadir adalah Richard Louhenapessy, Walikota Ambon. Ia memberikan paparan dengan judul “Baku Bage Carita Bencana dari Bumi Raja-raja”.
Dalam paparannya, ia menjelaskan kesiapan Kota Ambon dalam menghadapi bencana, baik bencana alam, bencana sosial, maupun bencana non alam seperti pandemi COVID-19 saat ini. Dirinya menambahkan, semua program yang datang baik dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun masyarakat sangat tergantung dari komitmen dan kepedulian pemimpin daerah tersebut.
Untuk itu, komitmen kepala daerah sebagai pengambil keputusan sangat mutlak diperlukan guna memudahkan koordinasi, serta kebijakan alokasi dana penanggulangan bencana termasuk untuk penguatan kapasitas yang berjenjang bagi pelaku kebencanaan.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hadir melalui ruang digital dari Semarang, Jawa Tengah menjelaskan komitmen yang dibangun bersama-sama dengan semua elemen masyarakat dapat mendorong semangat mitigasi bencana ke arah yang lebih baik.
Ganjar juga membagi pengalaman dalam menghidupkan semangat gotong royong melalui ‘jogo tonggo’ yang berhasil diterapkan di Jawa Tengah. Joko Tonggo melibatkan semua elemen masyarakat, seperti kader PKK, dasa wisma, kelompok tani, pendamping desa, penyuluh swadaya, sat linmas, Tagana, kader posyandu dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
Melalui berbagai strategi kearifan lokal yang dipakai oleh para pemimpin daerah, diharapkan dapat dijadikan ajang pembelajaran bersama bagi pelaku PRB di seluruh tanah air. (MA)