Kesiapsiagaan Keluarga: kapan saja dan dimana saja

 

Hallo sobat Disasterizen!

Sebagaimana kita ketahui bersama, letak geografis Indonesia serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya bencana seperti perubahan iklim, kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH), kurangnya pemahaman masyarakat, sungai yang penuh sampah dan lain sebagainya membuat kita menjadi rentan terkena bencana. Penting bagi kita untuk melakukan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna yang populer kita kenal dengan kesiapsiagaan.

Kesiapsiagaan bisa dimulai dari kesiapsiagaan individu, keluarga serta komunitas. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tahun 2018 pernah menginformasikan hasil kajian dan survei yang dilakukan di Jepang terhadap kejadian gempa Great Hansin Awaji (1995), dimana persentase korban selamat pada saat awal-awal sesudah terjadi bencana (‘golden time’) disebabkan oleh (1) Kesiapsiagaan diri sendiri sebesar 35%, (2) Dukungan anggota keluarga 31,9%, (3) Teman/Tetangga 28,1%, (4) Orang lewat 2,60%, (5) Tim Penolong 1,70%, (6) Lain-lain 0.90%. Melihat persentase ini, keluarga memegang peranan penting dalam mengantisipasi ancaman bencana. Hal ini karena pendidikan paling dini dan pembentukan karakter yang tangguh berasal dari keluarga. 

Pada saat bencana, seluruh anggota keluarga mungkin sedang tidak berada di satu tempat bersama-sama (misalnya: anak-anak sedang di sekolah, ibu dan ayah sedang bekerja, kakek dan nenek sedang di rumah), maka dari itu informasi mengenai kebencanaan dan kesiapsiagaan keluarga perlu dipahami oleh seluruh anggota keluarga. Tapi jangan khawatir sobat Disasterizen! Banyak kegiatan kesiapsiagaan yang dapat dilakukan bersama-sama dalam keluarga untuk mengenal karakteristik bencana serta mengetahui apa saja do’s and don’t’s terhadap ancaman bencana yang dapat dilakukan sambil bersantai di akhir pekan. 

Kegiatan bersama yang dapat dilakukan keluarga antara lain: kenali jenis ancaman bencana yang mungkin terjadi di lingkungan tempat tinggal; kenali tanda-tandanya; kumpulkan nomor telepon penting atau kontak darurat seperti kantor polisi, pemadam kebakaran, ambulans, puskesmas terdekat dan letakkan di tempat yang mudah dilihat; kenalkan bencana pada anak-anak bisa juga melalui permainan interaktif terkait kebencanaan seperti PREDIKT yang dapat dimainkan oleh anggota keluarga; ajarkan anak-anak cara menyampaikan informasi darurat ke pihak yang berwenang untuk meminta pertolongan; serta kenali jalur evakuasi dan identifikasi titik kumpul aman. Ayo Disasterizen, saatnya kita membuatikin rencana siap siaga untuk keluarga

Saat ini, informasi dan peringatan dini mengenai bencana juga dapat diakses melalui aplikasi resmi dari pemerintah yang dapat diunduh ditelepon genggam masing-masing anggota keluarga. Misalnya, aplikasi Info BMKG dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika/BMKG yang berfungsi untuk mengetahui cuaca dan juga peringatan gempa dan tsunami. Ada juga INARisk Personal dari BNPB yang bisa digunakan untuk mengetahui jenis ancaman apa saja yang ada di sekitar kita. Serta, aplikasi android Pantau Banjir dari Jakarta Smart City Pemerintah Provinsi DKI untuk memantau genangan air di DKI Jakarta. Banyak juga aplikasi lainnya yang kita bisa gunakan dan juga berbagai pengetahuan siap siaga baik itu di media sosial atau di website. Hal tersebut akan semakin meningkatkan kepedulian anggota keluarga untuk mengetahui kapan saat harus bersiap-siap, melakukan evakuasi apabila diperlukan, dan menolong anggota keluarga lainnya bila dibutuhkan. Dengan pengetahuan yang cukup, diharapkan seluruh anggota keluarga siap dalam menghadapi bencana dan dapat sebelum mengambil keputusan terkait sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana. 

Selamat belajar bersama keluarga ya, jadikan kegiatan ini menjadi pembelajaran yang seru dan menyenangkan! Salam siaga bencana!

Penulis : Tika Savitri Pandanwangi