Kenangan 99 tahun Gempa Sangkulirang

Mungkin bagi sebagian orang tidak mengetahui, 99 tahun lalu tepatnya pada tanggal 14 Mei 1921 telah terjadi gempa kuat di Pulau Kalimantan dengan skala intensitas maksimum mencapai VII. Gempa ini menyebabkan kerusakan di Sangkulirang, Kalimantan Timur. Kerusakan yang lebih parah terjadi di Pulau Rending (Teluk Sangkulirang). Gempa tersebut juga memicu tsunami yang menimbulkan kerusakan parah di wilayah Sekurau.

Baca juga : BUKTI NYATA PENINGGALAN JEJAK TEKTONIK DAN VULKANIK

Selain itu, banyak rumah mengalami kerusakan di Kaliorang dan Sekurau. Lubang bor menyemburkan air, terjadi rekahan tanah sepanjang 10 m, lebar 20 cm, dengan kedalaman 2 m, menyemburkan air bercampur pasir dan tanah liat (likuifaksi). Radius wilayah yang dilanda guncangan gempa mencapai sejauh 250 km.

Setidaknya terjadi 10 guncangan gempa yang berulang dan dirasakan masyarakat dan diyakini sebagai gempa susulan. Gempa bumi tersebut juga memicu tsunami yang menimbulkan kerusakan parah di wilayah Sekurau. Menurut saksi mata, air laut menggenangi jalan hingga setinggi 1 m.

Sebagai tambahan informasi, Secara geologi dan tektonik, di wilayah Provinsi Kalimantan Timur terdapat 3 struktur sesar sumber gempa, yakni Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternostes.

Menurut pantauan BMKG, Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat yang terletak di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur tersebut masih menunjukkan tanda-tanda keaktifan. Hal ini ditunjukkan dalam peta seismisitas, terlihat 2 zona besar ini memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi dan membentuk klaster sebaran pusat gempa yang berarah barat sampai timur.

Gempa yang terjadi pada tanggal 14 Mei 1921 di Sangkulirang, Kalimantan Timur bukanlah gempa yang satu-satunya terjadi di Pulau Kalimantan. Ada gempa lainnya yang pernah terjadi dengan skala intesitas yang berbeda-beda. Untuk lebih lengkapnya bisa kamu baca di artikel yang satu ini! 

Oleh sebab itu, kita harus tetap waspada dan siaga dalam keadaan apapun ya, Sob! Budayakan sadar bencana sejak dini, agar dapat mengurangi dampak yang terjadi. (MA)

Sumber : Daryono (Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG) & Kompas.com