likuifaksi palu

Kenalan Dengan Likuifaksi yang Sesungguhnya

Sobat Disasterizen, masih ingat dengan kejadian likuifaksi yang terjadi di kota Palu? Kejadian likuifaksi pada tahun 2018 lalu membuat amblasnya 4 daerah, yaitu Jalan Dewi Sartika, Petobo, Biromaru dan Sidera di Kabupaten Sigi, lho! Mungkin bagi sebagian dari kamu tidak mengenal istilah dengan likuifaksi. Lalu, apa sih likuifaksi itu?

Menurut peneliti Sladen tahun 1985, likuifaksi adalah fenomena pada masa tanah yang kehilangan sebagian besar ketahanannya bergeser ketika mengalami pembebanan monotonik, siklik, mendadak dan mengalir menjadi cair sehingga tegangan geser pada masa tanah menjadi rendah seperti halnya tahanan gesernya.

Jadi, likuifaksi itu adalah sebuah proses dimana tanah tiba-tiba kehilangan sebagian besar ketahanannya ketika gempabumi terjadi. Likuifaksi juga kadang-kadang disertai dengan keluarnya cairan pasir ke permukaan. Kamu bisa menyebutnya dengan tanah yang ambles. Likuifaksi ini terjadi pada tanah pasiran atau yang didominasi oleh pasir, sedangkan untuk tanah liat akan berpotensi kecil. Untuk contoh khasusnya seperti yang terjadi di Padang pada tahun 2009. Nah, di bawah ini adalah gambar akibat likuifaksi yang terjadi di Universitas Andalas Padang, Sumatra Barat.

Kejadian likuifaksi yang terjadi di Padang, Sumatra Barat

Sumber : The Conversation

Setelah kamu sudah mengetahui apa itu likuifaksi, selanjutnya dampak yang timbul akibat dari bencana alam tersebut apa? Ada beberapa dampak yang dirasakan, yaitu :

  • Tanah akan bergeser, khususnya pada rumah dan bangunan yang diatasnya akan roboh atau ikut bergeser.
  • Permukaan tanah menjadi turun dan adanya perbedaan permukaan yang menyebabkan area tersebut seperti bukit. Ada yang turun dan ada yang naik permukaannya.
  • Material di atas tanah semuanya akan hanyut.

Proses terjadinya likuifaksi sebenarnya tidak dapat di deteksi dahulu, berbeda dengan tsunami yang bisa di deteksi menggunakan alat. Likuifaksi sangat bergantung gempa, sehingga kamu tidak bisa memprediksi apakah gempa tersebut menyebabkan terjadinya likuifaksi atau tidak. Namun, tanah yang mengandung air tinggi saat terjadi gempabumi berisiko terjadinya likuifaksi. Misalkan saja tanah yang dekat dengan laut atau pantai.

Likuifaksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu semburan air yang ada dari dalam tanah keluar memancar layaknya air mancur dan merusak struktur tanah. Selain itu, kejadian lapisan pasir yang terbawa gempabumi yang sangat kuat sehingga air yang ada mengalir membawa lapisan tanah. Keduanya sama-sama akan menghanyutkan tanah. (MA)

Sumber : Tempo.com & Ilmugeografi.com