Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa tanaman bakau (mangrove) adalah salah satu jenis tanaman yang memiliki segudang khasiat. Selain sebagai pelindung dari bencana abrasi, bakau bisa juga menjadi penyerap karbondioksida (CO2) dan menjadi bagian dari karbon biru (blue carbon) yang sedang menggema di seluruh dunia.
Bukti Tanaman Bakau di masa Peradaban Manusia
Tanaman bakau ini tak terpisahkan dari peradaban manusia yang hidup dari zaman sebelum masehi (SM) hingga sekarang. Keberadaan tanaman bakau sangat penting untuk bangsa Nusantara. Peneliti yang fokus pada etno botani dan etno biologi mengungkapkan, bangsa Nusantara di masa lalu terdiri dari dari bangsa Austronesia.
Bangsa Austronesia diketahui sebagai bangsa yang sering memanfaatkan bakau sebagai bagian dari kehidupan mereka. Mereka menggunakan tanaman bakau untuk kebutuhan keseharian seperti makanan, bahan bangunan, pembuatan kapal, dan juga sebagai pewarna alami dan obat. Austronesia sudah terbiasa memanfaatkan bakau sejak wilayahnya masih menjadi bagian dari Sundaland sekitar 25.000 sampai 10.000 tahun SM.
Bangsa Austronesia yang ikatannya sangat kuat dengan tanaman bakau, membuat bangsa Austronesia dikenal juga dengan bangsa Bakau atau Rhizophora. Sebutan tersebut masih bertahan hingga kini, meski bangsa Austronesia hanya tinggal nama saja.
Baca juga : SELAT MURIA : SELAT YANG HILANG BAK DITELAN BUMI
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, pengaruh dari bangsa Austronesia masuk ke Indonesia dan melekat pada kerajaan-kerajaan besar yang pernah berkuasa di Nusantara. Misalnya saja Kerajaan Sriwijaya di Sumatera bagian selatan pada abad ke-7 Masehi, dan Majapahit di Jawa bagian tengah dari abad ke-13 Masehi.
Kalau dilihat dari sejarah peradaban Nusantara, kerajaan Sriwijaya disebut sebagai kerajaan pertama yang menjadikan tanaman bakau sebagai pembentukan peradaban dan memengaruhi bentukan wilayah kekuasaan kerajaan, yang mana sebarannya menyerupai sebaran bakau jenis Rhizophora Apiculata.
Lalu, Kerajaan Majapahit yang terpisah pulau dengan Sriwijaya diketahui sebagai kerajaan kedua yang menjadikan tanaman bakau menjadi bagian dari pembentukan peradaban. Pengaruh tanaman bakau ini bisa dilihat dari sebaran wilayah kekuasaannya yang mana bentuknya menyerupai persebaran bakau jenis Rhizophora Stylosa.
Bukti lainnya pengaruh tanaman bakau terhadap peradaban bangsa Nusantara, bisa dilihat di tulisan ilmiah bangsa Eropa yang berjudul “Herbarium Amboinense” yang diterbitkan pada 1743. Kalau dilihat dalam buku tersebut, G.E Rumphius mengatakan bahwa di daerah Ambon ada 5 jenis bakau yang bisa ditemukan di kawasan pesisir pantai. Rumphius juga menyebutkan bahwa tanaman bakau dilindungi oleh hukum adat dan dinamakan Sasi Mangi-mangi.
Dapat disimpulkan bahwa keberadaan tanaman bakau sudah menjadi hal yang penting untuk bangsa Austronesia di masa lalu. Dengan kata lain, kawasan hutan bakau di pesisir tidak lain adalah bagian dari bangsa Nusantara yang tidak dapat dipisahkan. (MA)
Sumber : Mongabay